Ajak Lemhannas RI, Ormas Perempuan Ingin Persiapkan Kader-kader Pemimpin Nasional Perempuan

1
415 views
Sejumlah tokoh ormas perempuan berbasis agama dan profesi melakukan audiensi ke Lemhannas RI untuk samakan persepsi pentingnya kaderisasi tokoh pemimpin perempuan. (Mathilda Birowo)

BERTEMPAT di Ruang Nusantara 2 Gedung Lemhannas RI, Jakarta Pusat, telah dilakukan audiensi antara Organisasi-organisasi Perempuan Lintas Kepercayaan dan Profesi. Grup audiensi ke Lemhannas RI ini difasilitasi oleh Mathilda AMW Birowo, Ketua Alumni Katolik UI sekaligus dosen Universitas Multimedia Nusantara.

Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto didampingi Wakil Gubernur Mayjen TNI Mohamad Sabrar Fadhilah beserta pejabat lainnya datang menyambut kehadiran grup ormas perempuan lintas iman ini.

Peran serta Ormas Perempuan berbasis keagamaan dan profesi dalam pembangunan tak hanya sekedar pada perjuangan kesetaraan atau perlindungan perempuan dan anak. Lebih dari itu, ormas-ormas perempuan ini juga sudah lama bergerak membahas isu-isu nasional; bahkan global.

Sebagai contoh, salah satu materi yang diangkat dalam Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) di Jawa Tengah, November 2022 ini adalah “Membangun Resiliensi Indonesia dari Radikalisme dan Ekstremisme Kekerasan”.  

“Sehingga peran mereka juga penting dan strategis. Karenanya, juga sangat mendesak untuk juga selalu dilibatkan. Hal ini karena ormas keagamaan memiliki basis massa besar, punya kader-kader yang militan dan organisasi ini bersentuhan langsung dengan masyarakat akar rumput.

Dengan demikian, kelompok ini sungguh memahami persoalan-persoalan yang ada di sekitar lingkungannya,” demikian Mathilda AMW Birowo dalam paparannya di hadapan jajaran pimpinan Lemhannas RI.

Dalam kapasitasnya sebagai alumnus, maka Mathilda sendiri sudah bergabung dengan Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI (IKAL 64).

Ki-ka: Tristina Hanjaya dari Kelompok Buddha Dharma; Francisia Seda (Universitas Indonesia);Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto; Puspitasari (Universitas Indonesia); Mathilda AMW Birowo. (Ist)

Contoh ormas-ormas perempuan berbasis agama dan profesi

Menurut data Ketua Aisyiyah yang baru terpilih Salmah Orbayinah, saat ini Aisyiyah memiliki:

  • 34 Pimpinan Wilayah;
  • 458 Pimpinan Daerah;
  • 3193 Pimpinan Cabang.
  • 9781 Pimpinan Ranting atau setingkat desa/kelurahan.
  • Selain itu, organisasi dengan jumlah anggota sekitar 25 juta ini memiliki  delapan Pimpinan Cabang di luar negeri yakni Kairo-Mesir, Malaysia, Taiwan, Islamabad-Pakistan, Australia, Hong Kong, Sudan. dan Turki.

Organisasi perempuan berbasis agama ini berdiri 19 Mei 1917. Dengan perkembangannya yang pesat, kemudian berhasil membentuk organisasi Aisyiysah muda dengan keanggotaan saat ini sekitar dua juta.  

Organisasi lainnya adalah Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI).

Organisasi ini terbilang senior berusia jelang satu abad (didirikan 26 Juni 1924) dan telah memperoleh penghargaan Bakti Sepanjang Hidup (Long Life Achievement) dari Menteri Dalam Negeri (2018) dan turut mendirikan KOWANI (Kongres Wanita Indonesia) 2022.

WKRI memiliki:

  • 36 DPD (Dewan Pengurus Daerah).
  • 93.450 orang jumlah anggota.
  • WKRI menjadi anggota World Union of Catholic Women’s Organizations (WUCWO) berpusat di Roma, Italia.

Sedangkan KOWANI memiliki 102 anggota organisasi perempuan terdiri dari profesi agama, pendidikan, kesehatan dan lainnya.

Berperan penting di masyarakat

Dalam presentasinya kepada Gubernur Lemhannas RI, Mathilda menyampaikan hasil penelitian kecil yang dilakukannya tahun 2021 tentang Kepemimpinan Organisasi Perempuan Berbasis Kepercayaan.

Data itu menunjukkan bahwa peran dari masing-masing organisasi perempuan telah mengarah ke pembangunan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan budaya.

Pengembangan di bidang pendidikan, organisasi perempuan secara berkesinambungan melakukan pendampingan, pelatihan keterampilan-keterampilan, pengembangan UKM dan bantuan pendidikan.

Di bidang kesehatan, organisasi perempuan turut andil dalam penanganan pandemi Covid-19 melalui berbagai cara, juga berjuang meningkatkan kesehatan ibu dan anak, pemberian gizi dan pemeriksanaan kesehatan bagi lansia, pencegahan stunting dan peningkatan kualitas lingkungan.

Di bidang ekonomi hijau, organisasi perempuan berperan aktif di antaranya dalam pertanian, budidaya pohon bakau, tanaman hidroponik dan organik, daur ulang sampah serta eco enzyme (EE).

Kendala yang dihadapi terkait partisipasi perempuan dalam pembangunan adalah keterbatasan waktu dan peran ganda kaum perempuan, belum merata tingkat pendidikan termasuk literasi media/teknologi digital.

Sedangkan tantangan bagi organisasi perempuan berbasis kepercayaan adalah bagaimana melakukan pertemuan-pertemuan berkala agar tercipta suatu elaborasi lintas organisasi yang berkesinambungan dan bersifat nasional; bahkan internasional.

Menghadapi tahun politik dan masih rentannya iklim toleransi, maka organisasi perempuan perlu lebih gencar dalam melakukan gerakan-gerakan bersama dalam turut membangun bangsa Indonesia yang adil, sejahtera dan bermartabat.

Sejumlah tokoh penggerak Ormas Perempuan Berbasis Agama dan Profesi datang ke Lemhannas RI dan melakukan audiensi kepada pimpinan lembaga ketahanan RI antara lain Gubernur Lemhannas Andi Wijayanto dan Wagub Lemhannas Mayjen TNI Mohamad Sabrar Fadhilah. (Ist)

Fungsi Lemhannas RI antara lain berkipra membentuk pemimpin nasional, mempertajam dan meningkatkan kapasitas serta efektifitas kepemimpinan.

Dilakukan melalui pemantapan nilai-nilai kebangsaan, menyiapkan kader serta pengkajian permasalahan strategik nasional, regional dan internasional.

Dalam konteks itulah, maka acara audiensi dengan Gubernur Lemhannas RI diharapkan dapat mewujudkan kerjasama dalam bentuk seminar nasional dan program-program pendidikan bagi Kepemimpinan Nasional Perempuan berperspektif global.

Selain itu agar perwakilan dari ormas-ormas perempuan memiliki kesempatan yang lebih besar dalam kepesertaan program-program Pendidikan di Lemhannas RI.

Daftar peserta audiensi ke Lemhannas RI

  1. Mathilda AMW Birowo, Ketua Umum Alumnika UI, ILUNI UI.
  2. Sonnya M. Uniplaita, Kepala Biro Perempuan dan Anak PGI.
  3. Audra Jovani, dosen Ilmu Politik UKI.
  4. Tristina Hanjaya, Parisadha Buddha Dharma NSI.
  5. Rita Serena Kolibonso, Koordinator Gerakan Perempuan Peduli Indonesia.
  6. Puspitasari, dosen UI, Ketahanan Nasional.
  7. Hiashinta Prastuty SH, anggota SGPP KWI.
  8. Maria Tamzil, anggota WKRI DPD Sulut.
  9. Francisia Seda, dosen sosiologi UI.
  10. Widarmi Wijana, Wakil Sekjen KOWANI.
  11. MF Lucia Wowor, AUSSI.
  12. Sonnya Hellen Sinombor, wartawati Kompas.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here