Puncta 31.12.22
Hari Ketujuh Oktaf Natal
Yohanes 1: 1-18
KATA “persona” dalam ungkapan sehari-hari diartikan sebagai peran sosial atau karakter seseorang yang nampak dalam pergaulan dengan sesamanya.
Istilah itu juga berarti topeng yang dipakai seseorang untuk menampilkan dirinya di dunia luar. Persona diartikan juga sebagai orang atau pribadi.
Persona berasal dari bahasa Latin yaitu per dan sonare. Per artinya melalui, sonare berarti bersuara atau berbunyi.
Dalam drama teatrikal, melalui suaranya, orang memerankan sebuah karakter. Apa yang diucapkan menggambarkan sifat-sifat atau karakter seseorang.
Dalam pepatah Jawa disebut, “Ajining diri gumantung ana ing kedaling lathi,” artinya harga diri atau kepribadian seseorang dinilai dari kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Orang dikatakan berkepribadian jujur apabila kata-katanya dapat dipercaya. Harga diri seseorang dinilai dari tutur kata yang diucapkannya.
Kita harus mempertimbangkan dengan cermat setiap kata yang keluar dari mulut kita itu.
Dari kata-kata itu kualitas diri kita dihargai atau ditimbang. Kalau kata-kata yang kita ucapkan baik, sopan dan hormat, maka kita akan dinilai sebagai pribadi baik, sopan dan hormat.
Tetapi kalau yang keluar adalah kebencian, sumpah serapah, fitnah keji dan menjelek-jelekkan, kita bisa menilai karakter macam apa orang itu.
Mengawali Injilnya, Yohanes menulis, “Pada awal mula adalah Firman. Firman itu ada bersama-sama dengan Allah. Firman itu adalah Allah.”
Firman itu adalah sabda, kata-kata yang berasal dari Allah.
Lalu Yohanes melanjutkan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih dan kebenaran.”
Melalui Sabda-Nya Allah menjadi manusia dalam pribadi Yesus Kristus. “Persona” melalui Sabda-Nya, Allah menjadi manusia. Melalui sabda atau suara-Nya, Allah mewujud dalam pribadi Yesus.
Sabda Yesus adalah sabda Allah sendiri.
Firman telah menjadi manusia itulah peristiwa “persona.”
Sabda Yesus menggambarkan pribadi Allah yang penuh belaskasih, kerendahan hati dan kesediaan untuk melaksanakan kehendak Bapa.
Jadi hidup dan karya Yesus menampakkan wajah Allah yang amat mengasihi kita. Sifat dan karakter Allah nampak dalam pribadi Yesus.
Di dalam diri Yesus itulah kita mengenal pribadi Allah. Yesus adalah Sang Firman yang menjadi manusia. Di dalam Dia kepenuhan kasih Allah dinyatakan. Melalui Kristus kita telah menerima keselamatan kekal.
Ketika waktu akan segera berganti, tahun 2022 akan segera berakhir, mari kita memuji Allah yang senantiasa menyertai kita, dengan lagu ini:
Firman-Mu pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku.
Firman-Mu pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku.
Waktu ku bimbang dan hilang jalanku tetaplah Kau disisiku.
Dan takkan kutakut asal Kau di dekatku besertaku selamanya.
Tahun 2022 berakhir disini,
Kita jelang dua ribu dua tiga.
Kasih Tuhan tak pernah berhenti,
Ia menyertai kita selama-lamanya.
Cawas, terimakasih atas penyertaan-Mu sepanjang tahun ini….