Selasa, 19 Oktober 2021
- Rm.5:12.15b-19.20b-21.
- Mzm.40:7-10.17.
- Luk.12:35-38
WASPADA kiranya mesti menjadi budaya hidup kita. Bukan karena takut atau cemas, tetapi lebih bagaimana kita sadar diri.
Kesadaran diri ini menjadikan seluruh indra kita menjadi peka akan situasi.
Orang yang waspada tidak selalu menampakkan kecurigaan, atau kecemasan, atau serba hati-hati.
Orang yang waspada selalu berlaku biasa, namun siap dengan berbagai kemungkinan.
“Kita sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di sini. Semuanya baik, mengapa tiba-tiba pasang cctv?” tanya seorang teman yang sudah lama tinggal di komunitas itu.
“Untuk memgawasi siapa?” lanjutnya
“Bukan untuk mengawasi, tetapi untuk membantu kita lebih waspada,” jawab teman yang lain.
“Kalau untuk mengawasi orang jahat, apalagi penghuni rumah, cctv hanya bisa merekam tetapi tidak bisa mengingatkan dan melarangnya,” sambungnya.
“Memasang cctv supaya bisa lebih waspada hingga memperkecil kemungkinan godaan orang untuk berbuat jahat,” ujar temanku itu.
“Karena godaan sering kali masuk, karena memang ada kesempatan. Maka cara efektif untuk mencegahnya adalah dengan mempunyai alat yang mengingatkan bahwa perilaku kita dilihat orang lain,” ujarnya lagi.
“Percuma memasang cctv, kalau kita tidak menjadi teliti dalam melindungi apa yang kita miliki,” sahut temanku yang sudah lama di komunitas itu.
“Ini hanya alat yang membantu kita supaya tidak ada celah bagi pencuri untuk melakukan aksinya,” jawab yang lain.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian.
“Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala.
Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya.”
Allah melalui sabda-Nya yang bercerita tentang bagaimana kita harus senantiasa berjaga dan siap siaga dalam menantikan kedatangan-Nya.
Kita tidak tahu kapan waktu itu datang, namun kita hanya bisa bersiap dan selalu waspada.
Orang yang siap bukanlah orang yang hanya diam menunggu.
Kedatangan Tuhan tidak dinantikan hanya dengan berdiam.
Kesiap siagaan itu harus tampak dalam tindakan kita, yakni selalu waspada dengan melakukan tindakan kebenaran.
Bagaimana dengan diriku?
Sudahkah aku menyiapkan diri akan kedatangan Tuhan?