AKBP Pedro dan Romo Rommy SVD: South Sudan Kini Mulai Kondusif

0
873 views
Perempuan Sudan tengah mengibarkan bendara Sudan Selatan (Ilustrasi/Ist)


SETELAH
selama empat hari “dihujani” perang mortir, tembakan peluru dari tank, meriam, dan senapan otomatik, kini suasana damai di South Sudan mulai merekah kembali. Ini setidaknya informasi terkini yang dibagikan pastor misionaris asal Indonesia Romo Clemencius Rommy Suriroja SVD dan perwira menengah POLRI AKBP Don Pedro yang keduanya sama-sama “berdinas” dengan misi berbeda di South Sudan.

Menurut Romo Rommy SVD yang kini menjadi anggota South Sudan Mission, kondisi keamanan di wilayah dimana ia berkarya sebagai pastor paroki sudah mulai kondusif sejak hari Selasa malam tanggal 12 Juli lalu. Suara tembakan sudah berangsur hilang, sejak berlaku gencatan senjata dari kedua belah pihak yang bertikai: pasukan pemerintah melawan gerilyawan pemberontak bersenjata.

Baca juga: 

Hal itu juga dibenarkan oleh AKBP Don Pedro, seorang perwira menengah POLRI yang tengah mengemban tugas negara sebagai pasukan penjaga ketertiban umum dengan payung PBB.

Perwira menengah POLRI dengan mandat tugas dari PBB ini menyebutkan, jarak jauh memisahkan wilayah dimana dia ditugaskan bersama teman-teman sejawat POLRI dengan lokasi dimana Romo Rommy Suriroja SVD berada.

Peta geografis Sudan Selatan.
Peta geografis Sudan Selatan.

“Saya ada di wilayah bernama Juba. Sementara, Romo Rommy SVD ada di sebuah wilayah yang jaraknya sekitar tiga jam perjalanan darat dari Juba,” kata AKBP Don Pedro.

“Nama lokasi dimana Romo Rommy Suriroja SVD ini adalah Kabupaten Yei,” terangnya.
Menurut dia, di South Sudan ada beberapa WNI yang tinggal di sana. “Ada Suster Tri dari Semarang dan Bruder Vincentius dari Kupang,” tambahnya.

Di Juba, kata perwira POLRI ini, juga ada umat Paroki Parung bernama Pak Saptono.
Konflik politik dan pertikaian bersenjata di Sudan Selatan terjadi karena terjadi ketidakpuasan oleh kelompok oposisi terhadap kinerja pemerintah. Persoalan politik lalu bercampur baur dengan masalah isu mayoritas dan minoritas.

“Konflik melebar karena presiden ada di pihak mayoritas, sementara wapresnya berada di pihak minoritas,” jelas seorang warga Indonesia di Sudan Selatan yang tidak ingin menyebut namanya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here