KAMIS 10 September, pertemuan para romo regio Jawa diawali dengan ibadat pagi dan misa dipimpin Romo Wid dari Perwokerto. Setelah sarapan kami ikuti 3 kegiatan menarik yaitu belajar di luar magelang.
Pertama kami belajar di museum misi Muntilan. Di situ tersimpan benda-benda bersejarah yang dipakai uskup pertama dan seterusnya. Museum ini dibangun untuk memelihara sejarah misi dan mengobarkan semangat misioner umat beriman KAS.
Kami diajak belajar sejarah misi melalui peninggalan sejarah. Makna untuk Purwokerto, penting dan menarik jika keuskupan Purwokerto juga mempunyai museum peninggalan sejarah agar umat Purwokerto bisa belajar sejarah gereja keuskupan Purwokerto melalui peningalan sejarah dan juga agar benda benda suci bisa dirawat sebagai sarana mengenal sejarah gereja. Setelah belajar di museum kami ziarah di makam Van Lith dan Romo Sanjoyo.
Jam 10.00 kami meluncur ke arah Kaliurang atau jalan Kaliurang km 22 di Kompleks Melcosh atau Merapi Lounge n coffee shop. Ini semacam kafe kedai kopi milik Direktorat Sanjaya. Ini adalah usaha produksi untuk mendukung persekolahan Sanjaya di bawah Yayasan Bernardus. Baru setahun usaha ini dirintis namun makin ramai apalagi sudah dikupas di Kompas minggu lalu. Inilah pastoral alternatif di KAS berkaitan dengan pendidikan. Permenungan: apakah ini juga bisa dilakukan Keuskupan Purwokerto sebagai bentuk pastoral alternatif yang menjawab kebutuhan umat dan masyarakat? Kami disuguhi kopi dan minuman lain serta jajanan buatan keluarga direktorat Sanjaya.
Jam 13.00 kami turun menyusur Jalan Kaliurang dan menuju pantai Gua Cemara. Kami belajar bagaimana pastoral lingkungan hidup dengan kunjungan ke konservasi penyu. Kami diajak agar mencintai lingkungan dan ciptaan Allah.
jam 17.00 kami ke Gereja Candi Ganjuran. Kami disambut DPP dengan musik gejuk kesungnya dan gamelan. Kami diajak belajar pastoral yang dilakukan dengan pendekatan budaya lokal dan yang menarik adalah pengembangan candi sebagai sarana devosi digagas oleh peranakan Belanda yaitu Petrus dan Yakobus, kakak adik.
Kompkeks candi dan panti asuhan adalah bekas pabrik gula Gondang Lipuro, Ganjuran. Romo Utomo berbagi cerita soal candi dan juga impian Romo Utomo soal pembentukan Paguyuban Apostolik semacam MEP-nya Prancis, yaitu paguyuban misi di kalangan imam diosesan. Ini muncul atas inspirasi dari candi: berbagi berkat kepada siapa pun dan apapun.
Imam diosesan harus mulai berbagi berkat dengan memikirkan keuskupan lain dengan menjadi misionaris. Romo Utomo dan tim sedang menunggu konfirmasi dari keuskupan atas rancangan cita-cita paguyuban apostolik ini. Semoga berhasil.
Semoga semangat misioner makin tumbuh di kalangan imam diosesan regio jawa khususnya Purwokerto. Jam 22.45 kami sampai penginapan kembali dan istirahat.
Mengakhiri temu regio jawa kali ini, disampaikan catatan penting semacam rekomendasi:
Pertama, kehadiran bapak uskup masing masing keuskupan regio jawa dan jika perlu menjadi narasumber.
Kedua, pengurus unio masing masing keuskupan menyelenggarakan on going formation dan baik jika bisa melibatkan unio keuskupan lain.
Tiga, setiap unio keuskupan baik jika mengadakan riset tentang sejarah masing masing keuskupan termasuk sejarah imam diosesannya.
Keempat, para imam diosesan hendaknya lebih serius menghayati imamatnya dalam semangat martiria dlm pelayanan pastoral.
Kelima, unindo sebaiknya terus mendukung gerakan unio regio dan unio keuskupan.
Setelah rumusan rekomendasi ini, acara temu unio regio jawa ditutup dgn misa penutup bersama uskup agung semarang