Jalur kami cukup panjang, kurang lebih 314 kilometer. Dari pantai Utara Jawa sampai Pantai Selatan, tepatnya di Goa Maria Tritis. Kalau jarak ini direntangkan, sebenarnya kami sudah melampaui lebar Pulau Jawa. Pengembaraan ini harus ditempuh paling lama 10 hari.
Hari pertama tidaklah mudah. Kami masih takut-takut bila ingin mengemis makanan dari orang. Dag dig dug bila dikira macam-macam. Takut juga bila tidak mendapat makan sementara perut terus ‘ngomel’ minta diisi. Takut juga bila nanti ada garong, penculik, penembak misterius, setan gunung, atau orang-orang jahat. Takut bila mendadak sakit dan tidak ada sepeser koin pun di saku celana. Ketakutannya pun beragam. Tapi, tahap demi tahap seiring dengan langkah kaki, aku pun mampu membunuh ketakutan itu.
Mencari makan dan penginapan di hari pertama tidak gampang. Kami sering ditolak dengan alasan kami masih muda dan harusnya kami bekerja dan tidak mengemis. Tapi, ada seorang ibu penjual warung yang memberi kami makan. Kami pun tidur di sebuah surau kecil. Dingin tapi damai.
Preman Terminal
Pengalaman unik terjadi saat kami tiba di Sulang. Siang itu mendung. Langit pun sempoyongan membobong air laut yang dibawa angin. Tumpahlah ke bawah. Kami bernaung di bawah pohon waru. Badan mulai menggigil. Mendadak seorang perempuan tua memanggil kami. Menyilakan kami masuk ke rumah bambunya. Di sana, seorang lelaki berjambang lebat, bertubuh kekar, berkulit sawo pekat, menyambut kami. Ngeri juga rasanya berhadapan dengan sosok ‘genderuwo’ itu. Lelaki itu memperkenalkan diri dengan nama Gondrong. Tapi, rasa ngeri ini menguap saat kami terlibat obrolan. Entah kenapa orang itu menaruh hormat pada kami. Kami dikira sebagai santri.
Wih, langsung kami dijamu dengan makanan istimewa. Ayam goreng. Telur puyuh rebus. Dua botol sprite. Nasi liwet panas. Tempe goreng. Dua gelas arak. Perutku pun melonjak girang. Ini melebihi dari yang kami minta. Lalu, lelaki lebih muda muncul dan menyalami kami dengan ramah. Namanya Mamik. Obrolan tambah seru saat Gondrong dan Mamik mengaku diri sebagai preman terminal Sulang. Kakak beradik jadi pentholan preman. Hati mendadak menciut saat mengetahuinya. Melebar lagi saat mereka berpesan, “Tenang mas. Kalau Anda dapat masalah di Sulang, bilang saja saudara Gondrong dan Mamik. Anda tidak bakal diganggu lagi!” Kami pun undur diri dengan tenang. Perut kenyang plus dapat jaminan keamanan gratis!
bersambung
sumber : musafirmuda.blogspot.com