Asalku berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah.
Ketika aku menyadari asalku, semestinya aku tidak akan berubah.
Untuk itulah di setiap Hari Raya Rabu Abu, aku diingatkan lagi.
“Debu” adalah simbol dari “keterbatasan-kerapuhanku”.
“Debu” itu akan “bergerak” ketika ada kekuatan angin yang lebih besar.
“Debu” dan “Nafas” membentuk diriku.
Aku “debu”, tetapi aku hidup oleh Nafas Ilahi. Maka, setiap tarikan nafasku menandai bahwa aku adalah “debu yang hidup”. Dan pada akhirnya, akan kembali ke asal muasalnya, tanpa ada status. Hanyalah nama dan gelar pemberian. Intinya, aku adalah “debu”.
Santo Pio, doakanlah kami, khususnya yang sedang sakit berilah kesembuhan lewat kekudusanmu.
Hong Kong, 19 April 2020