BERIKUT ini kami paparkan rekaman visual dalam bentuk foto untuk memberi gambaran nyata bahwa merayakan Tri Hari Suci di kawasan pedalaman itu bercitarasa sungguh beda dengan perayaan sama di kota.
Tidak ada listrik. Tidak ada bangku tempat duduk. Umat rela duduk dengan alas pantat seadanya: terpal, kusen jendela/pintu, dan membawa kursi sendiri.
Untuk bisa mendapatkan Lilin Paskah pun, mereka mesti dibantu oleh donatur dari luar.
Tapi inilah Gereja Katolik yang nyata dan masih tetap hidup di titik-titik pedalaman yang barangkali tidak akan bisa ‘terlihat’ oleh umat kebanyakan, kalau tidak pernah diekspose seperti ini.
Selamat Paskah.
Tradisi Turne Suster SMFA: Tri Hari Suci di Pedalaman Kalbar, Kolekte tak lebih Rp 100 Ribu (1)