Album: Dalam Sepekan, Tiga Imam Baru dan 38 Diakon Baru Menerima Sakramen Imamat dan Tahbisan Diakonat

0
2,635 views
Tahbisan Diakonat untuk 17 diakon baru berbagai tarekat religius di Kapel Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta, 25 Januari 2018. (Ist)

BERIKUT ini kami sampaikan album tahbisan imamat di Keuskupan Sintang tanggal 26 Januari 2018, dan hari-hari sebelumnya di Keuskupan Purwokerto tanggal 24 Januari 2018.

Romo Sabinus Salfius Trianto Pr, imam diosesan Keuskupan Sintang, telah menerima Sakramen Imamatnya dan ditahbiskan menjadi imam oleh Bapak Uskup Diosis Sintang Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap di Gereja Kristus Raja – Katedral Sintang, Kalbar.

Sementara di Purwokerto, Romo Agustinus Ontong Kusuma Pr dari Paroki St. Paulus Wonosobo dan Romo Antonius Budiyanto dari Paroki St. Perawan Maria  Bunda Pemersatu Baik Wates juga telah menerima Sakramen Imamatnya dari Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC, Uskup Diosis Bandung.

Tahbisan imamat  kedua imam diosesan Keuskupan Purwokerto ini berlangsung di Gereja Kristus Raja – Katedral Purwokerto, Jateng. Pada kesempatan yang sama juga telah berlangsung tahbisan diakonat untuk tiga diakon diosesan Keuskupan Purwokerto

Ikut hadir dalam acara tahbisan imamat ini adalah Uskup Emeritus Mgr. Julianus Sunarka SJ.

24 Januari 2018: Tahbisan Dua Imam dan Tiga Diakon Diosesan Keuskupan Purwokerto

Di Kapel Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta, Bapak Uskup Agung KAS Mgr. Robertus Rubiyatmoko Pr telah menahbiskan 17 diakon baru.

Para diakon baru ini berasal dari Ordo Serikat Yesus (SJ), Ordo Karmel tak Berkasut (OCD),  dan Tarekat Religius (MSF), dan diosesan Keuskupan Agung Semarang dan Keuskupan Agung Merauke – Papua.

Ikut mendampingi upacara Tahbisan Diakonat ini adalah Uskup Emeritus Blasius Pujaraharjo Pr – mantan Uskup Diosis Ketapang, Kalbar yang kini sudah pensiun dan tinggal di Paroki Gamping – Yogyakarta.

Kamis 25 Januari 2018: Tahbisan Diakonat untuk 17 Frater Calon Imam di Seminari Tinggi St. Paulus Yogyakarta

Pada hari Kamis lusa tanggal 1 Februari 2018, Bapak Uskup Diosis Malang Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm akan menahbiskan 18 diakon baru di Gereja St. Perawan Maria dari Gunung Karmel – Paroki Katedral Malang.

Ke-18 calon diakon baru ini berasal dari berbagai ordo dan tarekat yakni Karmelit (O.Carm), CDD, OSM, CM, dan calon diakon diosesan Keuskupan Malang.

1 Februari 2018: 18 Frater Terima Tahbisan Diakonat di Gereja St. Perawan Maria dr Gunung Karmel – Paroki Katedral Malang

Tahbisan Diakon dan Tahbisan Imamat itu beda

Tahbisan Diakonat sering disebut sebagai ‘tahbisan kecil’, sebelum akhirnya datang yang namanya ‘tahbisan besar’ yakni Tahbisan Imamat.

Sebelum mendapat ‘tahbisan besar’ untuk resmi menjadi imam (pastor) melalui penerimaan Sakramen Imamat dalam Misa Tahbisan Imamat, maka para frater ini harus terlebih dahulu memperoleh ‘tahbisan kecil’ yakni Tahbisan Diakonat.

Para frater yang sudah menerima Tahbisan Diakonat lalu disebut Diakon.

Yang berhak dan boleh menahbiskan frater menjadi diakon dan menahbiskan diakon menjadi imam hanyalah seorang Uskup atau Uskup Emeritus.

Para imam yang kemudian ikut menumpangkan tangan ke dahi dan kepala imam baru dalam Misa Tahbisan Imamat itu harus dimengerti sebagai berikut. Imam baru itu telah resmi ditahbiskan oleh Uskup dengan aktivitas penumpangan tangan oleh Uskup Penahbis ke dahi dan kepala diakon.

Jadi, ketika barisan para imam ikut berpartisipasi ‘menumpangkan tangan’ kepada imam baru tersebut, maka yang terjadi sebenarnya imam baru tersebut ‘sudah resmi menjadi imam’ sejak menerima penumpangan tangan oleh Uskup Penahbis. Para imam di sini sifatnya meneguhkan kembali.

Tersedia waktu untuk menimbang-nimbang kembali

Masih tersedia cukup waktu setidaknya enam bulan atau lebih –disesuaikan dengan kebutuhan riil– bagi setiap Diakon untuk kembali menimbang-nimbanng diri apakah tetap berkeputusan serius menjadi imam atau tidak sesuai komitmen pribadi dan atas penilaian pihak tarekat atau keuskupan dimana ia menjadi anggotanya.

Tetap terbuka kemungkinan bahwa seorang Diakon akhirnya mengundurkan diri tidak jadi minta ditahbiskan imam atau diminta mundur dari niatnya maju ditahbiskan sebagai imam karena ada ‘halangan’ atau aspek lainnya.

Bila terjadi kasus demikian, maka yang bersangkutan harus mengajukan laikalisasi kepada Vatikan melalui tarekat atau keuskupan agar Diakon yang tidak terus menjadi imam ini bisa ‘direset ulang’ menjadi awam kembali.

  • Kata ‘laikalisasi’ berasal dari kata bahasa Latin “laicus” yang artinya ‘orang biasa’ atau awam non imam (clerus, dalam bahasa Latin).
  • Dari kata Latin laicus inilah muncul kata bahasa Indonesia yakni laikal.
  • Dengan demikian, ‘laikalisasi’ adalah proses hukum untuk menjadi seseorang kembali menjadi ‘awam’.

“Frater”

Sebutan “Frater” atau dulu sering disebut “Romo Muda” menempel pada diri seminaris senior. Yakni,  mereka  yang telah menyelesaikan studi mereka di seminari menengah dan lalu bergabung masuk ke dalam tarekat religius atau keuskupan tertentu sebagai calon diosesan sesuai pilihan dan minat mereka.

Kata ‘frater’ berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘saudara’ dalam keluarga.

Di Gereja Katolik ada sejumlah tarekat religius yang menyebut diri mereka ‘Bruder (Br.)’. Mereka yang disebut “Br.” ini tidak menerima Tahbisan Imamat dan Tahbisan Diakonat. Mereka mengucapkan kaul hidup bakti sebagai religius dengan mengikuti aturan hidup bakti sesuai spiritualitas tarekat mereka masing-masing untuk hidup murni, taat, dan miskin serta menjalani hidup tidak menikah alias selibater.

Kata ‘bruder’ berasal dari kata bahasa Belanda ‘broer’ yang berarti ‘saudara’.

Suster juga tidak pernah menerima tahbisan, melainkan menjalani hidup bakti sebaga religius dan selibat dengan menghayati kaul religius untuk hidup taat, murni, dan miskin.

Dua imam diosesan baru untuk Keuskupan Purwokerto. (Ist)
Dua imam baru dan tiga diakon baru untuk Keuskupan Purwokerto bersama Uskup Penahbis Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC, Administratur Diosesan Keuskupan Purwokerto Romo Tarsisius Puryatno Pr (belakang kanan), dan Uskup Emeritus Mgr. Julianus Sunarka SJ. (Ist)
Tahbisan Imamat untuk Romo Sabinus Salfius Trianto Pr oleh Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap di Gereja Kristus Raja – Paroki Katedral Sintang, Kalbar, 26 Januari 2018. (Ist)
Sakramen Imamat dan Tahbisan Imamat ditandai antara lain dengan seremoni penumpangan tangan di dahi dan kepala diakon calon imam tertahbis oleh Uskup Penahbis. (Ist)
Doa Litani Para Kudus mengiringi prosesi sebelum berlangsung Tahbisan Imamat. Itulah saat ketika diakon calon imam tertahbis menelungkup di depan altar memohon bantuan doa dari Para Kudus. (Ist)
Tahbisan imam diosesan di Gereja Kristus Raja – Katedral Sintang, Kalbar. 26 Januari 2018. (Ist)
Sambutan pertama oleh imam diosesan baru Keuskupan Sintang: Romo Sabinus Salfus Trianto Pr. (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here