Sabtu 27 Mei 2023.
- Kis. 28:16-20,30-31
- Maz. 11:4,5,7
- Yoh. 21:20-25.
DALAM kehidupan ini, kita sadari bahwa tidak semua hal bisa kita bereskan sendiri, kita perlu orang lain bahkan dalam banyak peristiwa kita hanya bisa berharap dalam kemurahan Tuhan.
Kenyataan itulah yang menarik orang untuk yang bersikap pasif namun ada pula yang bersikap aktif.
Yang dimaksudkan ‘pasif’ di sini adalah orang yang hanya berserah kepada Tuhan tanpa melakukan apa pun, pasrah menunggu sampai Tuhan bertindak.
Berserah kepada Tuhan itu baik dan memang harus dilakukan oleh semua orang percaya, tapi bukan bersikap pasif seperti itu karena ada bagian yang harus kita kerjakan.
Mestinya kita harus meningkatkan intensitas hubungan kita dengan Tuhan sehingga kita memiliki kepekaan akan tuntunan Roh Kudus tentang apa yang harus kita lakukan selanjutnya, bukan hanya duduk diam alias berpangku tangan.
Kalau kita tidak melakukan apa-apa, jangan kecewa bila kita tak memperoleh apa-apa dari Tuhan.
Di sisi lain ada orang yang sangat ‘aktif’ dalam tindakan tapi tidak memiliki penyerahan diri kepada Tuhan, tidak pernah melibatkan Tuhan dalam setiap tindakannya.
Mereka bertindak dengan mengandalkan kekuatan, kehebatan, kepintaran dan kemampuan diri sendiri: dan ketika berhasil mereka akan berkata, “Semua karena usahaku sendiri, semua karena jerih payahku sendri, tanpa Tuhan pun aku bisa.”
Orang yang berlaku demikian, tinggal menunggu waktu saja, untuk mengalami kejatuhan.
Hidup menjadi pengikut Kristus adalah membangun hidup yang seimbang! Keseimbangan antara doa dan bekerja, iman dan perbuatan.
KIta kerjakan apa yang menjadi bagian kita, dan Allah akan mengerjakan apa yang menjadi bagian-Nya.
Dalam bacaan Injil hari ini dengar demikian,”
Jawab Yesus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.”
Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati.”
Kadang kala kita merasa putus asa karena apa yang kita kerjakan bagi Tuhan tampaknya gagal.
Perhatikanlah perkataan seorang Uskup Romero, yang dibunuh karena kritiknya yang berani atas kekerasan dan ketidakadilan.
Ia menulis demikian, “Kita menanam benih yang kelak akan tumbuh. Kita menyirami benih yang telah ditanam, karena kita tahu bahwa benih itu menawarkan janji yang akan terwujud di masa yang akan datang.
Kita meletakkan dasar yang kelak membutuhkan pertumbuhan lebih lanjut…. Kita tidak dapat melakukan semuanya, dan itu artinya harus ada kerelaan untuk melepaskan.”
Sikap Uskup Romero ini membantu kita untuk mengerjakan perkara-perkara kecil, dan membuka “kesempatan yang akan dimasuki dan dikerjakan selebihnya oleh anugerah Tuhan”.
Sikap seperti ini akan terus menguatkan kuta kita dan akan membuat kita tetap optimis dangan apa yang kita kerjakan, meski kadang ada kegagalan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku telah melakukan dengan baik tanggung jawabku sebagai manusia, sebagai pengikut Kristus?