Puncta 22.09.21
Rabu Biasa XXV
Lukas 9: 1-6
PERJALANAN ke Stasi Tanjung Bunga sangat sulit. Karena saya tidak akan menginap, maka hanya alat-alat misa saja yang dibawa.
Namun tiba-tiba hujan datang. Jalan berlumpur dan licin.
Beberapa kali saya jatuh tidak bisa mengendalikan sepeda motor. Baju dan celana kotor berlepotan.
Pak Totoi memberi tumpangan dan kopi panas untuk menghangatkan badan.
Umat yang berkumpul tidak ada sepuluh orang. Misa tetap berlangsung dalam kedinginan dan badan pegal semua.
Dalam hati, saya terus berdoa supaya hujan berhenti. Yang terlintas di pikiran hanyalah apa saya bisa balik ke pastoran.
Kalau terlalu sore jalan makin gelap dan menakutkan.
Pak Uder menawarkan diri, “Pastor, nanti saya temani sampai jalan utama di Engkadin.”
Lega sekali rasanya ada teman di perjalanan. Ia seperti malaikat yang diutus Tuhan.
Sampai di Engkadin, saya singgah di rumah Pak Ignatius. Saya disuruh mandi, bersih-bersih badan.
Ibu Ignatius masak ikan dengan tempoyak yang sangat enak. Kamar sudah disiapkan untuk istirahat sejenak.
Saya tertidur karena kecapekan.
Setelah bangun, sudah ada kopi dan ubi goreng panas. Motor saya yang berlepotan lumpur sudah dicuci bersih oleh Pak Ignatius.
“Minum kopi dulu Pastor, nanti kalau mau balik pastoran sudah nyaman,” demikian kata Pak Ignatius.
Saya tidak putus-putus bersyukur pada Tuhan. Pertolongan-Nya sungguh luar biasa.
Dia mengutus orang-orang baik seperti Pak Totoi, Pak Uder dan Keluarga Pak Ignatius di Engkadin.
Injil hari ini menggambarkan bagaimana para murid diutus untuk mewartakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang-orang.
Yesus berpesan, ”Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan. Jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju. Apabila kalian diterima di suatu rumah, tinggallah di situ sampai kalian berangkat dari situ.”
Tuhan yang mengutus, Tuhan yang mengurus.
Pesan Yesus itu menyadarkan kita bahwa kita tidak perlu khawatir dengan segala remeh temeh urusan makan minum, bekal dan uang.
Kita diminta fokus saja pada tugas pengutusan. Jangan takut soal fasilitas. Tuhan akan mengurusnya dengan tuntas.
Ada orang-orang baik diutus Tuhan menolong kita. Saya sering mengalaminya.
Yesus ingin agar para murid fokus pada tugasnya. Mereka diutus mewartakan Allah yang hadir meraja dan menyembuhkan orang-orang.
Pengalaman-pengalaman kongkret seperti itu menjadi bukti bahwa Allah nyata menyelenggarakan hidup kita.
Pengalaman dikasihi Allah melalui banyak orang itulah tanda Kerajaan-Nya dekat dengan kita.
Hadirnya Kerajaan Allah seperti itulah yang bisa kita wartakan kepada banyak orang.
Allah mengasihi anda, maka Allah mengutus anda. Fokus pada pengalaman dikasihi Allah itulah yang bisa kita syeringkan bagi sesama.
Apakah anda mengalami dikasihi Allah?
Ayo kita bagikan kepada sesama. Biar makin banyak orang ikut merasakan dikasihi Allah.
Dengan begitu, kita mewartakan Kerajaan Allah juga.
Di Air Upas pernah makan daging tikus.
Pertama makan perut rasanya murus.
Perutusan Tuhan harus menjadi fokus.
Semuanya Dia yang akan mengurus.
Cawas, syukur atas pengutusan.