ADA pelbagai gambaran tentang Tuhan. Sebagian positif dan menenangkan; dan yang lain negatif serba menakutkan.
Bukankah kita pernah mendengar guru atau tokoh agama yang menjelaskan tentang Tuhan yang selalu mengawasi manusia? Dia mencatat semua perbuatan jahat dan akan menghukum pelakunya di dunia akhirat?
Ajaran yang efektif menakut-nakuti ini berhasil menghimpun banyak pemeluk agama. Mereka umumnya bermuka tegang atau murung. Penuh rasa takut.
Sabda Tuhan hari ini (Yesaya 40: 1-11dan Matius 18: 12-14) menggambarkan Tuhan yang amat positif dan meneguhkan. Di sana tebersit ajaran yang penuh kasih dan pengharapan. Nadanya menggembirakan.
“Tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni.” (Yesaya 40: 2).
Tuhan mendatangi manusia dengan kekuatan (Yesaya 40: 10). Ia datang sebagai Penyelamat.
Yesus mengajarkan tentang Tuhan sebagai Bapa yang peduli. Relasinya dengan manusia digambarkan sebagai hubungan antara gembala dan dombanya.
Jika ada dombanya yang hilang, sang gembala akan mencarinya. Ketika menemukannya, ia akan bersukacita atasnya (Matius 18: 13).
Dia juga menegaskan, “Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.” (Matius 18: 14).
Tuhan yang digambarkan sebagai Bapa itu tidak menghukum dan mencatat perbuatan jahat. Dia menghendaki manusia yang berdosa bertobat. Dia menyelamatkan.
Tatkala Dia datang menyelamatkan, manusia diminta untuk menyiapkan hati menyambut-Nya. “Siapkanlah di padang gurun jalan bagi Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita.” (Yesaya 40: 3).
Padang gurun itu bisa jadi hati kita yang kering kerontang; tanpa kasih Tuhan. Padang belantara itu jiwa kita yang merana karena penuh dosa.
Dalam Masa Adven ini, orang diajak mempersiapkan hati untuk menyambut kedatangan Tuhan yang menyelamatkan.
Selasa, 6 Desember 2022
