Alumni Lulusan S3 Vatikan

0
413 views
Ilustrasi - Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pemandi. (Ist)

Puncta 02.01.23
PW St. Basilius Agung dan St. Gregorius dari Nazianze
Yohanes 1: 19-28

KADANG demi mencari popularitas, orang rela berbohong. Beberapa waktu lalu pernah heboh orang yang mengaku lulusan S3 Vatikan sebagai lulusan terbaik. Ia juga mengaku mantan pastor; pernah kuliah di Vatikan.

Orang-orang itu kok ya gampang ditipu. Lalu percaya begitu saja. Menurut saja apa yang dikatakan tanpa dikroscek kebenarannya.

Sekarang zaman kan serba terbuka dan terhubung. Dengan gadget yang ada di tangan, bisa dibuktikan kebenarannya.

Sayang sekali, kita ini terlalu malas mencari kebenaran, sehingga mudah percaya begitu saja.

Sangat mudah ditelusuri, karena tidak ada universitas di Vatikan. Semua universitas kepausan berada di Roma.

Kalau misalnya, orang itu disuruh memperlihatkan ijazahnya, apakah bisa ia menyebut sebagai alumni, wong masuk kuliah saja tidak pernah?

Tapi orang-orang itu memang bangga menyebut sebagai alumni, walau tidak pernah mengenyam pendidikan secuil pun.

Lebih baik mengaku jujur apa adanya dan tidak perlu berdusta. Dengan itu orang akan dihargai dan disegani daripada berbohong malah akan dicela dan menurunkan harga diri.

Itulah yang dilakukan Yohanes Pembaptis ketika beberapa imam dan orang-orang Lewi menanyakan tentang pengajarannya, “Siapakah engkau?

Yohanes mengaku dan tidak berdusta, katanya, “Aku bukan Mesias.”

Yohanes juga tidak mengatakan sebagai alumni sekolah rabi di Yerusalem atau seminari-seminari Kitab Suci. Mungkin dia belajar mandiri bersama orang-orang yang lari di gua-gua dekat Qumran, daerah padang gurun.

Yohanes berani berkata jujur saat ditanyai, “Apakah engkau Elia atau nabi yang akan datang?” Yohanes menjawab, “Bukan.”

Yohanes tidak membutuhkan pengakuan orang lain. Ia tidak perlu memamerkan lulusan dari sekolah atau universitas ternama. Kualitas pewartaannya terletak pada kebenaran isi yang disampaikan.

Apa artinya lulusan doktor atau profesor luar negeri kalau ternyata menipu? Jadinya malah tidak dihargai, tetapi jadi ajang cemoohan banyak orang.

Dengan rendah hati Yohanes mengakui bahwa dia bukan Mesias. Ia bertugas sebagai orang yang mempersiapkan kedatangan Mesias.

Yesuslah yang harus diprioritaskan karena Dia Sang Mesias. Yohanes tidak menyombongkan diri. Dia berani berkata, “membuka tali kasut-Nya pun, aku tidak layak.”

Ketulusan dan kerendahan hati Yohanes itulah yang justru dihormati. Ia tidak mencari popularitas, follower yang banyak, apalagi cari keuntungan demi meraup cuan untuk kocek sendiri.

Yohanes adalah teladan bagaimana bersikap jujur menjadi diri sendiri. Ia tidak goyah oleh pandangan atau penilaian banyak orang.

Beranikah kita menjadi diri sendiri. Citra diri kita yang sebenarnya adalah anak-anak Allah, beranikah kita tampil secara asali menjadi citra Allah?

Menumbuk banyak daun pepaya,
Untuk diminum menjadi jamu.
Lebih baik menjadi apa adanya,
Daripada cari popularitas semu.

Cawas, menjadi diri sendiri dan apa adanya…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here