Aman

0
262 views
Ilustrasi - Gelisah mencari aman. (Ist)

Renungan Harian
Minggu, 23 Januari 2021
Hari Minggu Biasa III
Bacaan I: Neh. 8: 3-5a. 6-7. 9-11
Bacaan II: 1Kor. 12: 12-30
Injil: Luk. 1: 1-4; 4: 14-21
 
DULU
, waktu saya dan adik-adik masih kecil, ibu harus dirawat di rumah sakit karena ada benjolan di lehernya. Waktu itu kami, saya dan adik-adik tidak tahu persis apa yang diderita ibu. Mungkin waktu itu ibu menderita sakit kanker.

Pada masa itu, kami tinggal dengan ibu dan simbah, sedang bapak sedang tugas di kota lain. Sebenarnya sehari-hari kami selalu dengan ibu dan simbah, lebih tepatnya, lebih banyak dengan simbah

Kami sudah terbiasa bertemu bapak sepekan sekali atau bahkan dua pekan sekali, tetapi selalu ada simbah dan ibu.

Kalau ibu harus menemani bapak karena tugas, maka kami selalu ada simbah.
 
Pada saat ibu sakit dan harus dirawat, kami ditinggal ibu dalam waktu cukup lama, saya lupa persisnya tetapi seingat saya lebih dari sebulan.

Dalam jangka waktu yang panjang itu hanya dua kali kami menengok ibu, yaitu sewaktu ibu mau operasi dan sesudah ibu operasi.

Kami merasakan ada sesuatu yang hilang dalam hidup kami, karena tidak ada ibu meski ada simbah.

Setiap kali pulang sekolah, tidak ibu yang kami cari. Saya merasakan paling kehilangan saat pulang sekolah dan hari itu hujan. Saat seperti itu biasanya saya akan menunggu di sekolah sampai ibu menjemput dan tidak jarang karena jalanan becek saya digendong ibu di belakang.

Setiap kali kami bertanya tentang ibu, simbah menjawab bahwa ibu masih harus banyak istirahat di rumah sakit. Setelah besar, saya baru mengerti bahwa ibu harus menjalani kemo dan penyinaran.
 
Pada saat itu, bapak menjadi jarang pulang karena harus menunggu ibu. Sehingga kami hanya ditemani oleh simbah.

Saya tidak tahu persis waktu itu bapak harus tugas kemana, tetapi simbah yang harus menjaga ibu sehingga kami di rumah hanya ditemani oleh mbak (pengasuh).

Kami rasanya aneh, karena kami seperti ditinggalkan, sehingga saya dan adik-adik ke mana-mana selalu bersama, kalau satu ke belakang semua ke belakang, kalau satu ke depan semua ke depan, kami selalu main bersama.

Saat itu kami selalu bertanya kapan ibu pulang, kapan bapak pulang, kapan simbah pulang. Mungkin kami saat itu amat kangen dengan bapak dan ibu, tetapi kami tidak bisa mengungkapkannya.

Sampai ada kejadian lucu, adik yang paling kecil melihat seorang bapak memakai seragam tentara lewat di depan rumah, adik langsung lari berteriak minta gendong dan ternyata beliau adalah orang lain, teman bapak.
 
Betapa bahagianya kami saat kami melihat ibu pulang, dengan bapak dan simbah. Meskipun kami melihat ibu lehernya masih diperban dan ibu masih harus banyak istirahat belum bisa melakukan banyak hal tetapi saat itu kami merasa amat bahagia.

Kami merasakan rasa aman, bahwa bapak, ibu dan simbah sudah di rumah. Ada perasaan bahwa kami pasti terjamin, tidak kekurangan, boleh jajan, boleh makan ini dan itu, meskipun pada saat itu semua serba terbatas.

Kehadiran mereka memberi rasa aman dan jaminan bagi hidup kami. Kami tidak lagi tidak lagi sendirian, tidak lagi takut akan apa pun, tidak lagi kekurangan apa pun.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, pernyataan Yesus yang mengutip Kitab Nabi Yesaya menjadi jaminan bagi semua orang.

Bahwa Allah hadir dan terlibat dalam hidup manusia. Allah memberi rasa aman dan jaminan kebahagiaan bagi semua manusia.

“Roh Tuhan ada pada-Ku oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin.”
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here