Anak-anak Ribut Saat Misa, Biarkan Itu sebagai Hal Normal

0
704 views
Romo Emmanuel Supranowo Pr memberkati anak-anak dalam perayaan ekaristi memperingati pesta nama St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus yang menjadi pelindung TPA-PAUD St. Theresia Wedi asuhan para Suster Abdi Kristus. (Laurentius Sukamta)

BAPERAN. BAcaan PERmenungan hariAN.

Sabtu, 26 Februari 2022.

Tema: Kenangan indah.

Bacaan.

  • Yak. 5: 13-20.
  • Mrk 10: 13-16.

PENGALAMAN masa kecil itu indah dan menggembirakan. Bisa mempengaruhi hidupnya di kemudian hari. Bahkan dikenang, disyukuri, dibawa mati sebagai sembahan syukur pada Allah.

Peziarahan manusia tidak lain daripada menimbun, mengalami, menciptakan kenangan-kenangan indah. Bersama yang lain meneguhkan persaudaraan, memperluas persahabatan.

Ia tidak sendiri. Ia ada bagi yang lain. Ia terlibat dan bersama yang lain mengembangkan hidup.

Kenangkanlah. Betapa indah saat kecilmu. Kalau kita mengalami sebaliknya, mari tidak mengulangi ke anak-anak. Setiap anak berhak mendapatkan ketenangan, kasih dan kehangatan pelukan. Itu pun sudah kamu lakukan. Bersyulurlah.

Keluarga -bahkan Gereja- sangat mengupayakan agar keluarga-keluarga semakin menyadari bahwa ia disatukan, dikuduskan untuk menumbuhkan benih-benih kasih dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Lihatlah keluargamu. Ingatlah saat-saat bahagia. Walau kadang hanya bisa tersenyum. Seandainya ada luka kadang dilupakan.

Ada kegembiraan, perhatian, kasih,  pintu “maaf” satu sama lain.

Memang, ada luka batin. Bahkan dalam diri orangtua kita sendiri. Tidak bisa disesali dan  menyalahkan. Manusia adalah pribadi yang dipengaruhi oleh keadaan, sosial, politik, budaya di mana ia dilahirkan.

Budaya kasih itulah yang diajarkan Gereja dari Sang Guru, Yesus.

“Mana si kecil, si kembar? Kok nggak dibawa ke gereja?”

“Nggak Mo. Ditinggal di rumah.”

“Kenapa?”

“Daripada rame di gereja, Mo. Mengganggu suasana doa. Kadang beberapa umat melirik. Apalagi melotot ke anak. Kami jadi tidak enak hati.

Dimarahi, masih kecil. Nggak dimarahi mengganggu yang lain berdoa. Dicubit tambah nangis. Malah mungkin dendam; trauma kalau diajak pergi bersama. Daripada nambah dosa, ditinggal aja.

“Sampai kapan di tinggal di rumah. Ngapain di rumah?”

“Mereka bisa tidur lebih siang. Bisa nonton tv.  Kan ada bibi yang mengurus. Ya, nantilah romo kalau sudah bisa anteng?  Bisa duduk agak lama, sudah mengerti.”

“Kalau sejak kecil tidak dibiasakan ke gereja, karena rewel, tiba-tiba meninggal? Bagaimana?”

“Amit-amit Mo. Janganlah.”

“Kalau keadaannya begitu?”

Mereka diam.

“Bawalah Minggu depan ke gereja. Saya akan memberitahu umat, senanglah bila anak-anak kecil ke gereja. Sabarlah, bila sedikit ribut.

Belajarlah dewasa dalam berdoa. Tetap khusuk kendati anak-anak sedikit ribut.

Saya akan meminta umat,  datanglah dengan sukacita bersama anak-anak. Mungkin sedikit ribut dan merepotkan.

Keheningan dalam doa bukanlah yang kita cari. Kita berjumpa dengan Tuhan lewat sesama. Bersyukur bersama tua-muda, besar kecil, berpunya atau tidak sebagai satu keluarga di dalam gereja.

“Jangan Romo. Nanti diomongin. Karena dekat dengan anak-anak dan keluarga tertentu. Penilaian orang kan berbeda,” jawabnya.

“Marilah kita berdoa supaya pandangan-pandangan seperti itu disingkirkan dari hati setiap umat.”

“Nggak enak Mo.”

“Datanglah. Duduklah di pinggir dekat pintu.  Kalau anak tidak tahan, keluarlah sebentar. Tapi jangan didiamkan dengan diberi uang untuk jajan di kantin. Atau diberi makanan dalam gereja. Bicaralah dengan anak apa yang penting saat berdoa.”

“Baiklah. Kami akan coba. Tapi jangan lupa ya. Beri sarapan dulu di rumah. Bawain bekal di mobil.

Kasih Tuhan turut bekerja. Saya pun berdoa khusus tuk anak-anak.”

Tidak ada setengah tahun, setiap Minggu saya melihat perkembangan anak-anak. Mengagumkan. Mereka lebih bisa tenang.

Pada saat berkat anak, kusebut nama mereka, diberkati, sambil senyum.

Saat yang mengharukan bukan?

Yesus marah dan berkata, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.” ay 14, 16.

Tuhan, buah hati kami adalah juga putera-puteri-Mu. Terimakasih Tuhan. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here