Anggota Dewan Jenderal Pastor Yul Yasinto SVD: “Di Sana, Bukan di Sini”

0
82 views
Pastor Yul Yasinto SVD, anggota Dewan Jenderal Serikat Sabda Allah (SVD) yang baru. (Ist)

TANGGAL 6 Juli 2024 lalu sudah dipastikan bahwa Pastor Yulius Yasinto SVD telah terpillih menjadi anggota Dewan Jenderal Serikat Sabda Allah (SVD) saat berlangsung sidang umum tarekat di Roma. Bersama enam anggota dewan lainnya dari Brasil, India, Jerman, Polandia, Zambia, dan Filipina, Pastor Yul akan memimpin 5.754 anggota SVD yang tersebar di lima benua di 84 negara.

Bagi banyak orang NTT, terpilihnya putera kelahiran Manggarai di Flores tanggal 18 Juli 1965 seakan merupakan pemuas dahaga. Saat terjadi pergantian uskup di NTT, nama Pastor Yul sempat disebut menjadi potentiale ad episcopum alias potensial menjadi uskup untuk ‘di sini’ NTT.

Kabar-kabur itu sempat tersebar di WAG. Dan jawaban langsung Pastor Yul menegaskan, informasi itu tidak benar; disebarkan oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Jawaban yang memang sangat khas penuh kepolosan dan kerendahan hati.

Meski CV-nya begitu lengkap, nyaris bisa menandingi tetapi ia tidak pernah menjadikannya- untuk mengambil jarak dari orang lain.
Itulah yang saya kenal dari Ledalero di tahun 1989 dan hingga 35 tahun kemudian di tahun 2024. Ia tetap “begitu sudah”.

Pertemuan dulu dengan Frater Yul terjadi, saat ia dalam persiapan untuk program Overseas Training Program (OTP) alias praktik keluar negeri di Taiwan. Dengan tingkat yang sudah ‘segitu’, ia seharusnya ambil jarak. Tetapi di situlah yang membuatnya beda. Ia gaul tanpa pilih-pilih.

Yang justru tidak tahu diri adalah adik-adiknya. Lebih lagi, kalau jadi “MC” (waktu itu disebut protokol atau pengacara), saya bebas “mencandai” para abang-abang. Tak heran Yul dkk yang sudah tahu efeknya; biasanya “baik-baik dengan saya” biar tidak jadi “bulan-bulanan”. Yul yang tahu kegenitan adik-adik dan hanya berkata: “Engkau ini.”

Dalam segi intelektualitas, Yul memang beda. Saat masih mahasiswa, ia diminta membawakan seminar tentang ritual di Bali dan pariwisata.
Yul dengan tegas mengatakan, sebuah ritus hanya bermakna kalau dilakukan dalam konteks adat dan bukan untuk ditonton. Aneka seminar selanjutnya sebagai narasumber hanya sebagai penguat bahwa pintarnya Pastor Yul itu bukan baru sekarang.

Seni memimpin
Seorang pemimpin sejati biasanya bisa terlihat jauh sebelumnya. Ia tidak pernah menjadi pemimpin tiba-tiba. Itulah membuktikan bahwa kualitas dirinya teruji dalam waktu.

Baru dua tahun jadi imam, ia sudah diangkat jadi Kepala Sekolah di Colegio di Maliana, Timtim. Tahun 1998, pascareformasi dan membuat juga kegoncangan di Timor Timur (kini Timor Leste), Yul memilih melihat Indonesia dari luar melalui studi lanjut di Inggris (1998-2001).

Hal itu yang mempersiapkannya berkarya di Timor Leste persis saat berdiri sebagai negara baru di tahun 2002. Dari Timor Leste, ia menjadi Rektor Institute of Religious Studies (2002-2005), saat bersamaan menjadi Wakil Provinsial (2005-2011). Ini jabatan sementara yang mengantarnya menjadi Rektor Unwira Kupang (2009-2017).

Jabatan rektor di Perguruan Tinggi Swasta terbaik di NT tentu tidak mudah didapatkankan, apalagi saat itu masih berusia 44 tahun. Lebih dari itu, masih banyak senior yang (merasa dirinya) lebih pantas. Hal itu belum terhitung aneka ‘sikut-menyikut’ dan cemburunya yang juga ada di biara (meski disebut ‘cemburu rohani’ dan ‘politiknya’ juga kadang disebut ‘ngeri-ngeri sedap’ di lingkungan biara.

Semua tantangan ini dihadapi dengan bijak. Aneka pekerjaan dilahap. Persaudaraan dijalin dengan tulus tanpa trik. Lawan dirangkul secara tulus. Hal ini semakin memberikannya kredit poin. Selesai jadi rektor, diminta jadi Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Katolik Arnoldus Kupang (Yapenkar).

Di level Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik Indonesia (APTIK), ia menjadi Wakil (2020-2026); malah pernah menjadi Ketua Tim Penyusun Rencana Strategis APTIK (2021) dan bukan mustahil bahwa akan menjadi Ketua APTIK di 2026 nanti.

Di sana menunggu
Apa yang bisa ditarik sebagai kesimpulan?

Pertama, bagi yang mengenal Pastor Yulius Yasinto SVD secara mendalam tentu punya hak untuk mengharapkan figurnya di level Gereja Lokal. Harapan itu tentu tidak kosong, karena mereka mengalaminya dari dekat. Kekecewaan itu cukup wajar. Tetapi yang perlu diingat bahwa pelayanan Pastor Yul itu melampaui keterbatasan lingkup geografis Gereja Lokal.

Dalam kepemimpinannya sebagai Rektor Unwira yang diselesaikan (bukan terpotong) selama dua periode (8 tahun) menunjukkan konsistensinya pada satu tugas hinggai tuntas. Lebih lagi, justru melalui pendidikan, ia memberi makna dan pengaruh yang jauh lebih luas.

Malah dengan latar belakang pendidikan ilmu sosial dan pembangunan -lebih lagi duduk dalam aneka komisi strategis- telah memberi pemahaman agar Gereja tidak saja berkutat di altar. Tetapi menjadikan kehidupan sosial sebagai alter altar alias pengganti altar.

Ini bukan sekadar hiburan. Pastor Yul pernah diminta terlibat dalam The Seventh Bishop’s Institute for Social Communication (BISCOM VII) untuk level Asia di Bangkok tahun 2019.

Kedua, tantangan Gereja yang sangat kuat membutuhkan pemimpin yang tidak saja cerdas, tetapi juga bijak. Ia sudah teruji kemandirian berpikir dan kecakapan relasionalnya serta terbukti menjadi pemikir strategis untuk masa depan. Posisi ini telah dipenuhi Yul. Tetapi yang paling penting, di balik semua kepercayaan itu adalah pengakuan akan kepribadian yang tangguh.

Patut diakui celah ini semakin kerap ditemukan sebagai titik lemah dalam kehidupan internal Gereja; terutama para rohaniawan, biarawan-biawarawati. Kekecewaan inilah yang tentu tidak bisa sekadar dijawab dengan doa, tetapi dengan mati raga dan transformasi besar. Keteladanan Pastor Yul dalam hal ini sudah menjadi sebuah jaminan.

Ketiga, jabatan strategis kini sebagai anggota Dewan Jenderal SVD untuk enam tahun (2024-2030) sebenarnya merupakan pengukuhan atas sebuah perjalanan. Pastor Yul adalah salah satu dari sedikit saja anggota SVD yang mengikuti empat kapitel sejak tahun 2006 tanpa henti.

Pada Kapitel 2018, Yul telah menjadi nggota Tim Internasional Perumus Draft Dokumen Akhir pada Pertemuan Umum (Kapitel Jenderal) SVD di Nemi, Roma, Italia.

Pernah jadi kandidat kuat Superior General SVD

Menurut informasi dari sumber terpercaya, pada Kapitel 2018, Pastor Yul Yasinto SVD dan Pastor Budi Kleden SVD berada di urutan teratas sebagai kandidat. Ini semua hanya pengakuan bahwa kapasitas dan kapabilitasnya sudah teruji. Karena itu, kalau kali ini ia pindah dari bumi Sasando ke negara Italia, daerah asal piano itu, tentu sebuah pengakuan sekaligus mengandung pesan.

Sasando yang terbuat dari kawat halus dengan sistem diatonik dengan 48 dawai adalah alat musik yang sangat indah tetapi ia punya kekurangan, karena suaranya masih kecil. Kini dengan berpindah ke Negeri Piano yang dianggap sebagai alat musik untuk dapat mengembangkan koordinasi dan memungkinkan pemain memperoleh ketangkasan yang jauh lebih baik.

Jadi di ‘sana’ (Roma), tempat bagi Pastor Yul untuk bersuara lebih besar, lebih luas, dan lebih bermakna. Tetapi kalau suatu saat nanti kembali ditarik ke Indonesia (di sini), tentu para pengagummu yang sambil menyanyikan lagu Broery Marantika sambil memodifikasi sedikit: “Aku di sini (begini), engkau di sana (begitu), sama saja“.

PS: Artikel ini aslinya muncul di Harian Pos Kupang dan ditulis oleh Robert Bala PhD, penulis buku Homili yang Memikat; pengagum dan saksi kebaikan Pastor Dr. Yulius Yasinto SVD. Dikirim ke Sesawi.Net oleh Pastor Ferry Plato SVD, imam misionaris di Brasil.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here