Puncta 14 April2025
Senin Pekan Suci
Yohanes 12: 1-11
DUA orang berdiri saling berhadapan. Di depan mereka ada sebuah angka. Dari sisi orang yang pertama, dia menyebut angka 6. Tapi dari sisi orang di depannya, orang itu mengatakan, bukan 6 melainkan 9.
Mereka berdebat masing-masing melihat dari sudut pandangnya sendiri. Maka tidak akan ada titik temunya.
Orang pertama mengatakan, “Jelas, ini angka 6.”
Tetapi teman di depannya membantah, “Bukan, ini adalah angka 9.”
Satu peristiwa bisa dipandang dari berbagai macam sudut. Demikianlah ketika Yesus datang ke rumah Maria di Betania.
Ia meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal. Lalu Maria menyekanya dengan rambutnya yang panjang.
Tindakan itu dipandang secara berbeda oleh Yudas Iskariot. Yudas melihatnya sebagai pemborosan yang tidak berguna. Tetapi sangat kontras dengan ucapannya. “Uang sebanyak itu bisa dibagikan untuk orang miskin.”
Maria tidak melihat dari sisi mahal dan berharganya minyak dan rambut mahkotanya. Ia ingin mengungkapkan kasih tulusnya kepada Yesus. Kasih Tuhan tak ada bandingnya dengan mahalnya barang milik kita.
Yudas Iskariot punya penilaian dan niat yang tidak tulus. Ucapannya baik tetapi di dalam hatinya ada niat jahat. Itulah kemunafikan.
Ia melihat tindakan itu sebagai sia-sia karena ada unsur pamrih dalam hatinya.
Kalau kasih Tuhan itu menjadi prioritas atau fokus utama kita, maka apapun tanpa memandang mahal, mewah atau berharga, semua bisa dipersembahkan bagi-Nya. Allah bisa menganugerahkan yang lebih bagi kita.
Tetapi jika materi duniawi yang menjadi fokus hidup kita, maka Tuhan akan ditinggalkan demi mengejar kebahagiaan semu di dunia.
Jika hanya transaksi untung rugi yang kita pikirkan dalam membangun relasi, maka tidak ada bahagianya.
Manakah yang menjadi pusat perhatian demi keselamatan kita?
Amerika China perang harga diri,
Indonesia terkena imbas inflasi.
Rahmat Tuhan tiada berhenti,
Jika kita tulus dan rela berbagi.
Wonogiri, mengasihi dengan tulus ikhlas
Rm. A. Joko Purwanto, Pr