Puncta 17.11.21
PW. St. Elisabet dari Hungaria, Biarawati
Lukas 19: 11-28
MODEL kepemimpinan Mgr. Suharyo dikisahkan oleh Romo Yohanes Gunawan Pr dalam buku yang ditulisnya.
Sejak kecil, Suharyo yang berasal dari Desa Sedayu, Daerah Bantul, sudah akrab dengan sawah, lumpur dan bebek (itik).
Ia senang menggembalakan bebek, kalau tengah libur sekolah.
“Kami dibiasakan ikut merasakan jerih payah orangtua.”
Sejak kecil sudah diberi tanggungjawab masing-masing. Mulai “angon bebek” (menggembalakan itik) lalu menjadi gembala umat (imam), dosen, uskup, dan kini jadi kardinal.
Dapat dipercaya dalam perkara kecil (angon bebek), maka dipercaya lagi ke perkara yang lebih besar. Kepercayaan (trust) menjadi kata kunci dari keberhasilan.
Ada tiga unsur yang dapat dinilai untuk membangun kepercayaan: positive relationship, good judgment-expertise, dan consistency.
Kepercayaan didasarkan pada bagaimana membangun hubungan yang baik dengan semua pihak. Relasi positif akan memperluas areal positif.
Relasi positif memudahkan kita diterima di semua wilayah tugas kita.
Relasi Mgr. Suharyo sangat luas menyentuh banyak kalangan. Sahabat-sahabatnya ada di berbagai lingkaran.
Unsur kedua dari kepercayaan adalah ahli di bidangnya (expert). Seorang pemimpin harus ahli di bidangnya, menguasai bidang yang diampunya.
Sebagai dosen Kitab Suci, Mgr. Haryo adalah ahlinya.
Seorang mahasiswa di Kentungan pernah berkata, “Kalau ikut kuliah Romo Haryo, Kitab Suci itu mudah dimengerti. Beliau runtut menerangkan dan jelas. Tidak perlu ada pertanyaan, karena sudah terang benderang.”
Unsur terakhir dari kepercayaan adalah konsistensi. Seorang pemimpin itu menjadi teladan. Melakukan apa yang dikatakan. Di dalam konsistensi ada kejujuran dan integritas.
Sejak sebelum jadi uskup pun, kalau mengikuti rapat, beliau ambil duduk di depan.
Beliau pernah berkata, “Romo itu kan pemimpin, lha kalau romonya duduk di belakang, umat pasti takut dan segan duduk di depan.”
Dalam Injil, Yesus memberi perumpamaan tentang hamba yang diberi kepercayaan untuk mengembangkan mina.
Setiap orang mendapat satu mina. Ada yang berhasil mengembangkan menjadi sepuluh mina, lima mina.
Tetapi ada juga yang tidak berbuat apa-apa.
Tuan itu berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik. Engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.”
Kesetiaan dan kepercayaan dalam hal-hal kecil akan menghasilkan tanggungjawab yang lebih besar.
Dari angon bebek menjadi pangon umat. Dari pastor paroki menjadi uskup, kardinal dan ketua KWI.
Siapa tahu nanti ada Paus dari Indonesia?
Mari kita setia dalam perkara-perkara kecil.
Mari kita bangun kepercayaan dengan melakukan hal-hal kecil dan sederhana. Tanggungjawab besar sudah menanti di depan mata.
Jika musim panen banyak walang sangit.
Baunya menyengat jika walangnya mati.
Tidak ada pemimpin besar turun dari langit.
Ia merangkak penuh lara dari dasar bumi.
Cawas, setia dalam hal kecil…