BERIMAN dan beragama melibatkan dua pihak, yakni manusia dan Tuhan Allah. Manusia wajib mengusahakan hidup baik yang dituntut oleh agama. Tuhan menyediakan bantuan dan rahmat-Nya.
Dalam mencapai hidup yang baik, suci, dan sempurna, manusia amat membutuhkan rahmat Tuhan. Tanpa rahmat-Nya, manusia tidak mungkin mencapainya.
Bacaan injil hari ini (Matius 12:1-8) berkaitan dengan injil Matius yang kita baca pada beberapa hari sebelumnya. Intinya, orang perlu percaya kepada Tuhan; bukan hanya mengandalkan usahanya pribadi.
Hari ini, Yesus mengajarkan dua hal penting. Pertama, bahwa manusia lebih penting daripada aturan. Tatkala manusia dalam keadaan darurat lapar (Matius 12:1), aturan hari Sabat bisa diabaikan (Matius 12:3-5).
Apalagi, para murid yang sedang lapar itu berada bersama Yesus, Tuhan atas hari Sabat (Matius 12:8).
Sebagai penguasa atas hari Sabat, Yesus menegaskan bahwa aturan itu boleh dilanggar demi kebutuhan manusia yang lebih besar seperti rasa lapar. Kemanusiaan lebih penting daripada aturan.
Kedua, kaum Farisi sangat menekankan sikap dan usaha manusia dalam menaati aturan. Namun, ada yang lebih dibutuhkan, yakni belas kasihan Tuhan (Matius 12:7).
Tuhan Yesus itu wujud nyata belas kasihan Tuhan. Dia datang untuk memperhatikan orang miskin, memberi makan orang yang lapar, membebaskan orang yang kerasukan setan, dan membangkitkan orang mati.
Aturan dalam hidup beragama dan beriman itu penting. Orang mesti menaatinya. Lebih dari itu, rahmat dan belas kasihan juga amat diperlukan. Karena itu, dinamika hidup beriman itu bergerak di antara usaha manusia dan rahmat Tuhan.
Tuhan Yesus menyediakan rahmat itu.
Jumat, 21 Juli 2023