Anyway

0
1,762 views

SEORANG teman, Wilson Therik, menulis di blognya sebuah puisi yang ia terjemahkan ke dalam bahasa Melayu Kupang dengan judul “Biar Karmana ju” (Bagaimanapun).

Saya jadi ingat sebuah peristiwa ‘kebetulan’ yang menimpa saya beberapa saat sebelumnya. Beberapa saat sebelum saya melihat tulisan Wilson itu, saya membeli sebuah buku berjudul “Jesus did it Anyway-The Paradoxical Commandments for Christians” di Kinokuniya Senayan. Saat saya membacanya saya teringat sebuah lagu yang diberikan oleh teman dan mantan guru saya Dr. John Campbell-Neslon sebagai hadiah perkawinan saya. Ternyata puisi yang diterjemahkan Wilson itu, buku itu dan lyric lagu itu berasal dari satu sumber: Kent M. Keith.

Kent M. Keith menulis “Paradoxical Commandments” ketika ia seorang mahasiswa Harvard berusia 19 tahun. Tulisannya itu merupakan bagian dari booklet yang ia tulis untuk para pemimpin siswa SMA dengan judul “The Silent Revolution: Dynamic Leadership in the Student Council”. Booklet itu pertama kali diterbitkan oleh Harvard Student Agencies pada tahun 1968. Antara tahun 1968 and 1972 terjual sekitar 30,000 copy.

Kent menjalani hidupnya setelah itu dan selama 25 tahun ia tidak tahu apa yang terjadi dengan The Paradoxical Commandments. Pada tahun 1997 barulah Kent tahu bahwa The Paradoxical Commandments telah diambil dari booklet kepemimpinan yang ia tulis dan digunakan oleh jutaan orang di mana-mana termasuk dituliskan di tembok, dimasukkan dalam pidato dan artikel, atau sekedar dibagikan kepada teman.

Tanpa sepengetahuan Kent, tenyata The Paradoxical Commandments telah digunakan dalam berbagai cara oleh orang Kristen di berbagai belahan dunia. Dikhotbahkan dari mimbar-mimbar, diterbitkan dalam newsletter gereja, atau diposting di website gereja. Digunakan oleh Abel Muzowera, seorang bishop Methodist yang merupakan perdana mentri Zimbabwe-Rhodesia. Juga diterjemahkan dalam bahasa Jepang dan digunakan dalam homili-homili oleh seorang pastor Katolik Jepang di Tokyo. Muncul dalam majalah jemaat St. John di Wakefield, Inggris. Dimasukkan dalam sebuah manual tentang moralitas and etika untuk siswa yang diterbitkan oleh Konferensi Uskup Katolik Canada, dan juga dimasukkan dalam sebuah kurikulum Studi Alkitab untuk remaja dewasa yang diterbitkan oleh United Church of Christ. The Paradoxical Commandments juga diterbitkan dalam buku Dr. Robert H. Schuller ‘Turning Hurt into Halos’, buku Neil T. Anderson ‘Victory Over Darkness, dan buku John Hagee ‘The Seven Secrets.’

Saya kemudian baru sadar bahwa lagu yang saya dapatkan dari pak John Campbell-Nelson sebagai hadiah perkawinan saya mempunyai lirik yang persis seperti Paradoxical Commandments. Tentu saja dengan penambahan dan pengurangan, serta tekanan disana sini demi kepentingan notasi. Lagu itu dinyanyikan oleh duo The Roches, Suzzy dan Maggie Roche dalam album mereka ‘ZeroChurch’.

Ketika saya mencari liriknya di internet tertulis di bagian akhirnya: Music by The Roches, Author unknown. Banyak orang ternyata tidak tahu dari mana asalnya tulisan ini. Mungkin karena tulisan ini telah digunakan sedemikian luasnya dan orang lupa siapa yang menuliskannya.

Bunyi lirik Anyway yang dinyanyikan The Roches adalah sbb:

People are often unreasonable, illogical, 
and self-centered; 
Forgive them anyway. 

If you are kind, People may accuse you 
of selfish, ulterior motives; 
Be kind anyway. 

If you are successful, you will win some 
false friends and some true enemies; 
Succeed anyway. 

If you are honest and frank, 
people may cheat you; 
Be honest and frank anyway. 

What you spend years building, someone 
could destroy overnight; 
Build anyway. 

If you find serenity and happiness, 
they may be jealous; 
Be happy anyway. 

The good you do today, 
people will often forget tomorrow; 
Do good anyway. 

Give the world the best you have, 
and it may never be enough; 
Give the world the best you’ve got anyway. 

You see, in the final analysis, 
it is between you and God; 
It was never between you and them anyway

Tulisan ini kemudian punya dampak balik yang luar biasa bagi penulisnya sendiri. Pada bulan September 1997, Kent mengetahui bahwa The Paradoxical Commandments dimasukkan dalam sebuah buku yang dikompilasi oleh Lucinda Vardey yang berjudul ‘Mother Teresa: A Simple Path.’ The Paradoxical Commandments ditaruh di halaman terakhir sebelum appendix dan diberi judul “Anyway” dan diketik berbentuk seperti puisi. Vardey menambahkan sebuah catatan diakhir halaman yang berbunyi: “From a sign on the wall of Shishu Bhavan, the children’s home in Calcutta.”

Kent menulis kesannya tentang penggunaan tulisannya oleh Ibu Theresa dalam pengantar bukunya“Jesus did it Anyway-The Paradoxical Commandments for Christians,” yang ia tulis kemudian di tahun 2005:

“I was deeply moved to learn that Mother Teresa thought that the Paradoxical Commandments were important enough to put up on the wall of her children’s home in India. That discovery was a turning point in my life. It seemed to me that God was sending me a message. I felt called to speak and write about the Paradoxical Commandments again after thirty years had passed.”

Membagikan The Paradoxical Commandments dan maknanya kemudian menjadi pelayanan sehari-hari Kent. Ia menerima undangan dari berbagai penjuru Amerika untuk mempresentasikan dan membawakan seminar tentang perintah-perintah itu. Ia juga menulis dua buah buku: “Anyway: The Paradoxical Commandments” dan “Do it Anyway: The Handbook for Finding Personal Meaning and Deep Happiness in a Crazy World.”

Sebagai hasil pembicaraannya di mana-mana dan tulisan-tulisannya, ia menerima kabar dari orang-orang diberbagai belahan dunia yang menceritakan kepadanya bagimana artinya The Paradoxical Commandments bagi mereka.

Kent menulis dalam “Jesus did it Anyway”:

“I often hear from Christians who tell me how they use the Paradoxical Commandments in their churches, families and individual lives. I am pleased to hear from all of them, and I am grateful that the Paradoxical Commandments are useful to them as they live their faith each day.”

Banyak juga yang memintanya untuk memberikan cerita-cerita dan ayat-ayat Alkitab yang mengilustrasikan The Paradoxical Commandments. Mereka tahu bahwa perintah-perintah ini didasarkan pada kebenaran-kebenaran Kristen, tetapi ingin tahu bagaimana perintah-perintah ini berhubungan dengan iman Kristen dan bagaimana perintah-perintah ini berkaitan dengan Alkitab. Secara khusus Kent diminta untuk menjelasakan bagaimana perintah-perintah ini berkaitan dengan ajaran Yesus.

Buku “Jesus did it Anyway-The Paradoxical Commandments for Christians” ditulis sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu. Di dalamnya terdapat uraian yang lebih rinci dengan menggunakan ayat-ayat dan bagian Alkitab. Satu persatu kalimat The Paradoxical Commandments(seperti tertera dibawah ini) dibahas dalam buku ini:

People are illogical, unreasonable, and self-centered. Love them anyway.

If you do good, people will accuse you of selfish ulterior motives. Do good anyway.

If you are successful, you will win false friends and true enemies. Succeed anyway.

The good you do today will be forgotten tomorrow. Do good anyway.

Honesty and frankness make you vulnerable. Be honest and frank anyway.

The biggest men and women with the biggest ideas can be shot down by the smallest men and women with the smallest minds. Think big anyway.

People favor underdogs, but follow only top dogs. Fight for a few underdogs anyway.

What you spend years building may be destroyed overnight. Build anyway.

People really need help but may attack you if you do help them. Help people anyway.

Give the world the best you have and you’ll get kicked in the teeth. Give the world the best you have anyway.

Apa yang dituliskan Kent dalam usia yang sangat muda, 19 tahun, ternyata punya dampak yang luar biasa bagi banyak orang. Mungkin karena ia menuliskannya dalam masa idealisme yang luar biasa, dalam kejujuran dan kepolosan yang luar biasa, dalam integritas diri yang luar biasa, dalam masa pencarian makna hidup yang awal dan murni.

Kadang kita juga begitu bukan? Coba lihatlah karya-karya kita di usia 17, 18, 19-25 tahun, anda akan terkesima dengan karya anda sendiri. Mungkin memang ada bagian-bagian yang terasa naïve dan sederhana, tetapi ada juga yang membuat kita berpikir: “kok bisa ya saya berpikir (atau berbuat) sejauh itu? Sekarang mungkin saya belum tentu mampu melakukannya.” Kalau anda pernah berkuliah di perguruan tinggi, coba ambil saja skripsi anda dan lihat kembali. Anda pasti akan mempunyai perasaan yang sama, jika memang skripsi itu anda kerjakan dengan jujur dan penuh idealism. Lain halnya kalau anda cuma ngopy skripsi orang lalu diubah-ubah sedikit, seperti yang dilakukan kebanyakan mahasiswa kita.

Sekarang saya bertanya pada diri saya sendiri: mungkinkan semua ini hanya kebetulan? Mungkinkah pak John memberi hadiah kepada saya adalah sebuah kebetulan? Kebetulankah saya membeli buku di Kinokuniya? Apakah kebetulan Wilson menulis di blog-nya dan kebetulan saya melihatnya?

Johann von Schiller pernah menulis: “Tidak ada yang namanya kebetulan. Apa yang tampak oleh kita sebagai sekedar kebetulan sebenarnya muncul dari sumber takdir yang terdalam.” Karena saya yakin semua ini bukan kebetulan, saya berusaha menuliskan tulisan ini dan membagikannya kepada saudara.

Squire Rushnell menulis dalam bukunya: When God Winks: How the Power of Coincidence Guides Your Life bahwa suatu kebetulan bukanlah sekedar kebetulan, namun memiliki arti yang lebih dalam.

Jangan-jangan Tuhan memang sedang main mata dengan saya, memberi tanda, isyarat atau mengungkapkan suatu pesan. Mungkin saya saja yang tidak mengerti isyarat itu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here