Dari waktu ke waktu kita dihadapkan pada suatu pilihan yang dilematis, tetapi keputusan harus diambil. Skala prioritas turut mempertimbangkan. Dalam kontroversi dengan orang-orang Farisi, yang mengamat-amati setiap gerak dan perkataanNya, Yesus memberikan petunjuk yang jelas untuk memilih, yakni pro kehidupan.
Ia memilih untuk berbuat baik dan menyelamatkan nyawa orang yang mati sebelah tangannya daripad berkutat dengan peraturan Sabat yang kaku. Sementara itu kaum Farisi hanya mencari-cari alasan untuk mempersalahkan Dia, mereka tidak punya keprihatinan akan nilai kehidupan yang jauh lebih tinggi daripada suatu peraturan. Mereka terdiam tanpa bisa membantah Yesus.
Kisah pertarungan antara Daud dan Goliat membeberkan bagaimana Daud – ketika itu ia belum dilantik menjadi raja – dihadapkan pada situasi sulit. Dia, yang masih muda belia, berhadapan dengan Goliat, seorang raksasa yang ditakuti. Ketika mengajukan diri kepada Saul untuk bertarung melawan Goliat, Saul meragukannya.
“Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu… Sebab engkau masih muda, sedang Goliat sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit” (1 Sam 17:33). Namun, Daud berketetapan hati, tidak punya keraguan untuk melawan Goliat. Yang diandalkan oleh Daud bukanlah kekuatan manusia, tetapi Allah yang menyertainya. Andalan Daud adalah Tuhan. Inilah kualifikasi penting bagi seorang raja yang akan memerintah atas nama Allah. Dalam melawan Goliat, Daud pun memegang tongkat, yang akan menjadi lambang pemerintahannya.
Demikian Tuhan mengajarkan kita untuk mengedepankan perbuatan baik serta keselamatan sesama kita dan senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal ikhwal kehidupan kita.
Tuhan Yesus Kristus, sadarkanlah aku selalu untuk mengandalkan Engkau dan senantiasa memilih untuk berbuat baik bagi sesamaku. Amin.