Ingin menikmati makan siang dengan tenang, saya memilih rumah makan sederhana di luar perkotaan. Ingin rasanya menenggelamkan diri dalam kesunyian dibarengi dengan angin semilir, dihiasi dengan kicauan burung, dan diiringi dengan suara desiran sungai mengalir.
Petualangan kesendirian, diusik dengan segerombolan turis jepang yang masuk ke restoran yang sama. Sunyi senyap itu berobah seketika. Rasa tenang beralih menjadi hingar bingar, apalagi mereka bicara kuat tanpa terkendali. Kalau orang batak sedang ngomong seperti orang yang sedang bertengkar, tetapi orang jepang sedang bicara bagaikan suara deru mesin. Ingin rasanya menumpkan kekesalan dan muatan kemarahan kepada turis jepang ini. Hati ini mendidih bagaikan air dalam tungku.
Namun sejenak saya bertanya, “untuk apa? Apakah ada undang-undang yang melarang orang bicara kuat direstoran? Apakah aku harus marah disaat orang lain rileks, gembira, dan bercengkarama satu sama lain? Bukankah lebih baik saya menikmati segala aktifitas mereka: foto-fotoan sambil sekali-sekali curi pandatang terhadapku. Mungkin mereka heran, melihat saya yang seorang diri berbeda dengan mereka. Akhirnya kulemparlan senyum pepsodent kepada mereka, dan disambut dengan sapaan arigato…
Ketika saya berdamai dengan suasana, dan menerima kehadiran mereka, rasa damai dan tenang rasanya semakin sempurna aku alami. Saya berhasil mengontrol hati ini. Saya mampu melihat sisi positip dari realitas yang barangkali tidak sama dengan situasi saya.
Saudara-saudari terkasih dan teman-teman sekalian, Yesus mengajak kita supaya mengontrol emosi. dikatakan, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” (Efesus 4:26).
Ketika anda mampu berdamai dengan situasi, maka anda akan berhasil mengontrol kemarahan. Saat anda berhasil mengontrol kemarahan, saat itu juga hati anda akan diliputi kedamaian dan keteduhan. Dan ingatlah, ketika hati anda dihiasi dengan kedamaian dan keteduhan, maka teman-teman anda akan berpaut dan menyukaimu. Dan ……. Saat orang lain menyukaimu, anda akan mengatakan, betapa indahnya dunia ini, hidup bagai saudara walau berbeda suku, agama, budaya dan daerah. Semoga!
Photo Credit: Royalty Free Stock Photos