BACAAN pertama (1 Samuel 8:4-7.10-22a) menyajikan kisah menarik yang relevan bagi hidup kita. Intinya, setelah mengalami kekalahan bertubi-tubi, bangsa Israel memutuskan untuk meminta seorang raja kepada Tuhan (1 Samuel 8:6.19). Raja itulah yang akan membebaskan mereka dari musuh-musuhnya (1 Samuel 8:20).
Hati Samuel kesal menghadapi permintaan yang berarti menolak Tuhan tetap memimpin bangsa Israel (1 Samuel 8:7). Namun, Tuhan berpesan kepadanya agar mengabulkan permintaan mereka.
Semua permohonan ada konsekuensinya. Kelak mereka akan menyesali permintaan itu, namun semua sudah terlambat. “Pada waktu itu kamu akan berteriak karena raja yang kamu inginkan itu, tetapi Tuhan tidak akan menjawab kamu.” (1 Samuel 8:18).
Bukan berarti Tuhan tidak mau menolong, melainkan orang mesti menanggung konsekuensi dari permohonannya sendiri.
Bangsa Israel sudah memilih tempat tidurnya dan harus tidur di atasnya. Raja pilihan mereka yang akan menikmati hidup yang nyaman, sedang mereka akan menderita dan menjadi budaknya (1 Samuel 8:11-17). Sebagian raja-raja mereka setelah Saul dan Daud, berlaku jahat di hadapan Tuhan dan bangsa Israel.
Sebenarnya, tidak seluruh bangsa Israel yang meminta seorang raja. Hanya para “royalist” (kelompok yang mendukung adanya raja) saja yang menginginkan itu. Sedang kelompok “anti-royalist” tak menghendakinya. Hal itu nyata dalam sikap Samuel yang berhadapan dengan kehendak bangsa Israel.
Hal serupa kerap terjadi dalam doa-doa kita. Di sana, ada proses yang mengandung pro dan kontra: antara meminta dan tidak meminta. Apakah permohonan itu sesuai dengan kebutuhan atau tidak?
Betapa sering orang begitu mendesak (ngotot) Tuhan dalam doanya seakan-akan itu kebutuhan yang amat penting. Padahal sesungguhnya hanya untuk memenuhi keinginan manusiawi yang tidak dipikirkan konsekuensinya.
Syukurlah, bahwa Tuhan menyertai manusia ketika harus menanggung konsekuensi atas doa-doanya. Apa pun yang terjadi dan ke mana pun pilihan itu membawa manusia, Tuhan selalu bersamanya. Bahkan kesalahan manusia pun bisa menjadi momen rahmat dan pencerahan.
Jumat, 12 Januari 2024
Alherwanta O.Carm