Puncta 07.07.23
Jumat Biasa XIII
Matius 9: 9-13
ISTILAH dalam bahasa Latin itu berarti apa yang dianggap sebagai pendapat orang banyak itu yang dianggap benar.
Pemikiran ini adalah sebuah kesesatan atau kekeliruan cara bernalar. Seolah-olah apa yang diamini oleh orang banyak dianggap sebuah kebenaran.
Asal orang banyak sudah satu suara dianggap sebagai hal yang benar dan lumrah. Apakah substansi yang diikuti itu benar atau salah tidak penting. Yang utama pandangan itu sudah diikuti oleh khalayak ramai.
Kasus-kasus penutupan rumah ibadat misalnya. Kalau orang banyak melakukan demo dengan mengerahkan massa, hal itu dianggap sebagai sesuatu yang benar.
Padahal jelas tindakan itu bertentangan dengan UUD yang menjamin kebebasan beribadah menurut agamanya masing-masing.
Jalan berpikir seperti itu dilakukan oleh kaum Farisi yang membuat stigma bahwa pemungut cukai adalah kelompok orang berdosa yang harus disingkiri.
Maka ketika Yesus makan bersama dengan Matius di rumahnya, kaum Farisi berdemo dan memprotes, “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
Yesus tidak mau menilai orang dan menyingkirkannya. Ia tidak menghakimi seseorang berdasarkan pandangan umum yang salah.
Maka dengan tegas Yesus menjawab, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.”
Orang berdosa tidak harus dikucilkan dan disingkiri. Tetapi mereka harus didekati dan dikasihi. Yesus memilih mengasihi mereka. Keselamatan itulah maksud kedatangan-Nya di dunia.
Ia memanggil orang berdosa untuk diselamatkan. “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Cara berpikir Yesus tidak mengikuti pandangan umum yang mengucilkan orang berdosa. Tetapi Ia mendekati dan menyelamatkan mereka.
Dimanakah keberpihakan kita? Apakah kita berani memilih sebagaimana Yesus yang menerima manusia apa adanya tanpa memberi stigma negatif?
Ataukah kita ikut arus pandangan umum yang memandang orang berdasarkan pikiran orang banyak yang belum tentu benar?
Banyaknya orang belum bisa menjamin isi sebuah kebenaran. Kita tidak boleh hanya mengikuti arus umum. Tetapi kita mesti paham apa arti kebenaran yang sesungguhnya.
Jangan jadi buah seperti kedondong,
Luarnya mulus tapi isi banyak durinya.
Dimana-mana ada banyak berita bohong,
Jangan terkecoh dan mudah mempercayainya.
Cawas, teliti sebelum menyebarkannya…