Bacaan 1: 2Kor 1:18 – 22
Injil: Mat 5:13 – 16
SUATU ketika sepulang dari misa, kami singgah makan Coto Makassar. Biasanya, penjual Coto Makassar akan menyajikannya tanpa diberi garam alias tawar rasa.
Namun di meja telah tersedia garam dalam tempatnya, sehingga kita bisa menambahkannya dalam mangkuk.
Dengan menambahkan sedikit garam, maka Coto Makassar baru terasa nikmatnya. Garam menjadi sesuatu pembeda rasa kenikmatan. Tanpanya makanan akan terasa hambar.
Saat garam masih berada di dalam tempatnya, ia tidak berarti apa-apa.
Ia baru terasa manfaatnya saat berada di tempat lain, yaitu makanan.
Demikian pula sebuah lilin atau cahaya, saat ia berada dalam lingkungan yang sama-sama menghasilkan terang maka ia tidak ada manfaatnya sama sekali.
Seberkas cahaya lilin baru terasa manfaatnya saat ia berada dalam kegelapan. Ia akan menerangi lingkungan sekitarnya, meniadakan kegelapan.
Tuhan Yesus menginginkan para pengikut-Nya untuk menjadi “garam dan terang bagi dunia”.
Menjadi Kristen bukan untuk egois atau mementingkan diri sendiri. Menjadi Kristen harus bisa bermanfaat bagi orang lain disekitarnya. Sama seperti “garam dan terang” yang baru terasa manfaatnya setelah mereka berada di dalam lingkungan yang lain.
“hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Dalam peneguhannya kepada jemaat Korintus, Rasul Paulus mengingatkan tentang arti menjadi Kristen. Tidak bisa hanya setengah-setengah atau suam-suam kuku.
Menjadi Kristen harus sempurna, sama seperti saat mengatakan “ya”.
“Sebab Kristus adalah ‘ya’ bagi semua janji Allah.”
Allah telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.
Paulus dalam surat sebelumnya banyak menegur jemaat karena perilaku yang tidak tegas. Menjadi Kristen namun masih berlaku habitat lamanya. Hal ini menyebabkan hubungan antara Paulus dan jemaat seolah meregang.
Pesan hari ini
Menjadi Kristen harus menjadi berkat bagi orang lain. Kristen yang individualistis, tidak mau mewartakan Kabar Gembira dan menjadi saksi Kristus maka tidak ada gunanya.
Menjadi Kristen harus mampu memberi efek baik bagi orang lain agar mengenal dan mengimani Kristus.
“Iman itu berani untuk percaya pada apa yang tidak bisa kamu lihat. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”