Artikel Kesehatan: Ancaman Campak

0
511 views
Ilustrasi: Campak by Ist

PADA hari Kamis, 9 November 2018 di New York kasus campak dilaporkan melonjak sepanjang tahun 2017, karena beberapa negara mengalami wabah penyakit yang parah dan berkepanjangan. Laporan tersebut menjelaskan bahwa oleh karena terjadi kesenjangan dalam cakupan vaksinasi, wabah campak terjadi di semua wilayah global, dengan diperkirakan ada 110.000 kematian anak karena campak. Apa yang harus kita lakukan?

Campak adalah penyakit yang serius, berat, dan sangat menular. Campak dapat menyebabkan komplikasi hebat termasuk ensefalitis (peradangan otak), diare berat dan dehidrasi, pneumonia (peradangan paru-paru), infeksi telinga dan kehilangan penglihatan permanen. Bayi dan anak kecil dengan kekurangan gizi dan sistem kekebalan yang lemah, sangat rentan terhadap komplikasi dan kematian. Penyakit ini dapat dicegah melalui dua dosis vaksin yang aman dan efektif, yaitu usia 9 dan 15 bulan.

Dengan menggunakan data pemodelan penyakit campak selama 17 tahun terakhir, terlihat bahwa sejak tahun 2000, lebih dari 21 juta jiwa telah diselamatkan melalui imunisasi campak. Namun demikian, kasus campak yang dilaporkan meningkat lebih dari 30 persen di seluruh dunia dari 2016 sampai awal 2018. Amerika Utara, Timur Tengah, dan Eropa mengalami kenaikan terbesar dalam kasus campak di tahun 2017, dengan hanya Pasifik Barat merupakan satu-satunya wilayah di mana insiden campak turun jauh.

Kebangkitan campak adalah ancaman serius, apalagi wabah atau KLB (Kejadian Luar Biasa) telah terjadi di seluruh daerah, dan khususnya di negara yang telah mencapai atau hampir mencapai status eliminasi campak. Tanpa upaya cepat meningkatkan cakupan imunisasi dan mengidentifikasi populasi yang tidak diimunisasi, kita berisiko kehilangan dekade kemajuan dalam melindungi anak dan masyarakat sekitar terhadap penyakit campak yang mematikan, pada hal sepenuhnya dapat dicegah.

“Peningkatan kasus campak sangat memprihatinkan, tetapi tidak mengejutkan,” kata Dr. Seth Berkley, CEO Gavi (the Vaccine Alliance). Pengabaian penyakit dan penyebaran vaksin palsu di Eropa, sistem kesehatan yang kolaps di Venezuela, dan cakupan imunisasi rendah di Afrika, adalah gabungan faktor yang menyebabkan kebangkitan global campak, setelah bertahun-tahun terjadi kemajuan mendekati eliminasi. Penghapusan atau eliminasi campak didefinisikan sebagai tidak adanya transmisi virus campak endemik di suatu wilayah geografis tertentu, selama lebih dari 12 bulan, dengan adanya sistem pengawasan (surveillance system) yang baik.

Oleh sebab itu, strategi yang ada perlu diubah, yaitu menjadi lebih banyak upaya untuk meningkatkan cakupan imunisasi rutin dan memperkuat sistem kesehatan. Kalau tidak, kita akan terus diancam satu demi satu KLB (one outbreak after another) campak.

Otoritas kesehatan di seluruh dunia menyerukan investasi berkelanjutan dalam sistem imunisasi, di samping upaya untuk memperkuat layanan imunisasi rutin. Upaya ini harus fokus terutama pada masyarakat miskin dan paling terpinggirkan, termasuk korban konflik bersenjata dan para pengungsi. Selain itu, juga perlu membangun dukungan publik berbasis luas untuk program imunisasi, sambil mengatasi hoax dan kesalahan informasi, serta keraguan seputar keaslian vaksin.

Pada tahun 2016, diperkirakan 90.000 orang meninggal akibat campak, turun 84% dari lebih dari 550.000 kematian pada tahun 2000. Ini menandai pertama kalinya kematian campak global turun di bawah 100.000 per tahun. Dengan mampu menyelamatkan rata-rata 1,3 juta jiwa per tahun, vaksinasi campak adalah pencapaian luar biasa dan membuat dunia bebas campak tampak mungkin, bahkan mungkin terjadi sebentar lagi. Sejak tahun 2000, diperkirakan 5,5 miliar dosis vaksin campak telah diberikan untuk bayi dan anak melalui layanan imunisasi rutin dan kampanye imunisasi massal, sehingga mampu menghemat sekitar 20,4 juta jiwa.

Penurunan kematian campak dalam jumlah yang besar selama lebih dari dua dekade telah terjadi, tetapi sekarang kita harus berjuang untuk mencapai target nol kasus campak. Penghapusan campak hanya akan tercapai jika vaksinasi campak mampu menjangkau setiap anak, di manapun berada.

Namun demikian, dunia masih jauh dari  tujuan eliminasi campak regional. Cakupan vaksinasi campak pertama dari dua dosis yang diperlukan telah berhenti di sekitar 85% sejak tahun 2009, jauh lebih pendek dari cakupan 95% yang diperlukan untuk menghentikan infeksi campak, dan cakupan dengan dosis kedua, meskipun peningkatan baru-baru ini, hanya 64% pada tahun 2016 .

Terlalu banyak anak, sekitar 20,8 juta, yang masih kehilangan dosis vaksin campak pertama mereka. Lebih dari separuh anak yang tidak divaksin ini tinggal di enam negara, yaitu Nigeria (3,3 juta), India (2,9 juta), Pakistan (2,0 juta), Indonesia (1,2 juta), Ethiopia (0,9 juta), dan Republik Demokratik Kongo (0,7 juta). Karena campak adalah penyakit virus yang sangat menular, wabah besar terus terjadi di negara-negara tersebut, bahkan juga menyebar ke Eropa dan Amerika Utara, sehingga menempatkan banyak anak pada risiko komplikasi kesehatan yang parah seperti pneumonia, diare, ensefalitis, kebutaan, dan kematian.

Indonesia diperkirakan mengalami kerugian ekonomi akibat penyakit campak mencapai Rp. 5,7 triliun. Kerugian itu dinilai tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan untuk kampanye dan imunisasi MR, yaitu hanya lebih kurang Rp. 29 ribu per dosis. Kemenkes mencatat jumlah kasus suspek campak dari tahun 2014 sampai dengan Juli 2018 mencapai 57.056 kasus (8.964 positif campak). Pada 2016, angkanya sedikit menurun dengan hanya tercatat 12.730 kasus suspek campak dengan 2.949 positif campak.

Namun di tahun 2017, kasus suspek campak ini tercatat kembali naik menjadi 15.104 kasus, dengan 383 kasus positif campak. Setiap tahun, rata-rata 2.700-2.800 anak Indonesia terjangkit campak. Dampak dari penyakit campak secara ekonomi sangat besar. Tanpa komplikasi saja, penderita menghabiskan Rp. 2,7 juta per kasus. Jika terkena komplikasi, maka pengobatan yang diperlukan sebesar Rp. 13 juta per kasus di luar biaya hidup saat perawatan.

 

Imunisasi campak massal dan rutin yang berkesinambungan, diharapkan dapat mengatasi ancaman campak yang mematikan untuk menuju eliminasi. Sudahkah kita peduli ?

 

Sekian

Yogyakarta, 14 Desember 2018

*) Sekretaris IDI Wilayah DIY, dokter spesialis anak, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161, e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here