Artikel Kesehatan: Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia

0
632 views
Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia. (ist)

SETIAP tanggal 15 Oktober setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) Sedunia (Global Handwashing Day).

Penunjukkan tanggal tersebut merupakan hasil Pertemuan Tahunan Air Sedunia (Annual World Water Week) pada 17–23 Agustus 2008 di Stockholm, seiring dengan penunjukkan tahun 2008 sebagai Tahun Internasional Sanitasi oleh Rapat Umum Perserikatan Bangsa–bangsa (PBB).

Apa yang perlu kita ketahui bersama?

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, HCTPS adalah kampanye global tahunan yang dicetuskan oleh Public Private Partnership for Handwashing, dan bertujuan untuk menggalakkan perilaku mencuci tangan dengan sabun oleh masyarakat sebagai upaya untuk menurunkan tingkat kematian balita dan pencegahan terhadap penyakit yang berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia.

Tema tahun ini adalah “Tangan Bersih untuk Semua”, mengingatkan bahwa kita harus menyeluruh ketika membahas mengenai kesenjangan dalam mencuci tangan. Tema tahun ini dibuat agar tidak ada yang tertinggal dalam agenda pembangunan berkelanjutan.

Kurang meratanya fasilitas cuci tangan dan program promosi cuci tangan yang efektif dapat meningkatkan risiko penyakit yang memengaruhi kesehatan, pendidikan, dan penghasilan.

Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan salah satu tindakan sanitasi yang dapat memutuskan mata rantai kuman dan upaya mencegah penyakit seperti diare, infeksi saluran pernapasan, infeksi kulit, infeksi mata, infeksi cacing, dan flu burung.

Hal tersebut dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen pembawa kuman yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung (lewat handuk, gelas).

Tangan yang bersentuhan dengan kotoran manusia dan binatang, atau pun cairan tubuh lain: ingus, dan makanan-minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci tangan dengan sabun dapat memindahkan kuman seperti Salmonella, E.coli, dan norovirus yang menyebabkan diare, maupun adenovirus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan.

Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan proporsi penduduk umur lebih dari 10 tahun yang berperilaku cuci tangan dengan benar di Indonesia meningkat dari 47% pada tahun 2013 menjadi 49,8% pada tahun 2018, dengan provinsi Bali yang terbanyak dengan 67,4% dan provinsi NTT terendah dengan 20,4%.

Diare menjadi penyebab kematian bayi dan balita kedua terbanyak setelah infeksi saluran pernapasan (termasuk pneumonia). Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa diare mengancam kehidupan 1,87 juta anak balita setiap tahun di seluruh dunia, dan sekitar 31.200 anak balita meninggal setiap tahun di Indonesia.

Diare seringkali dihubungkan dengan keadaan air, namun sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia, karena kuman penyakit berasal dari kotoran tersebut.

Data dari WHO menunjukkan perilaku CTPS dapat mengurangi angka kejadian diare sebanyak 45%. Sedangkan menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, CTPS dapat melindungi 1 dari tiap 3 anak yang menderita diare, dan mengurangi ketidakhadiran anak di sekolah karena penyakit saluran cerna hingga 29-57%.

Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk bayi dan balita. Penyakit ini diawali panas badan disertai tenggorokan sakit atau nyeri menelan, pilek, batuk kering atau berdahak.

Sedangkan pneumonia adalah infeksi paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, sesak napas dan gejala lainnya (nyeri kepala, gelisah).

CTPS dapat melepaskan kuman pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan, mengurangi angka infeksi saluran pernapasan hingga 16- 21%, dan melindungi 1 dari tiap 5 anak yang menderita infeksi saluran pernapasan (termasuk pneumonia).

CTPS dilakukan pada lima waktu kritis, yaitu sebelum makan; setelah buang air besar maupun menceboki bayi-anak; sebelum menyusui; sebelum memegang, mengolah, menyiapkan makanan; serta setelah kontak dengan hewan dan tanah.

Terdapat langkah-langkah dalam CTPS yang dilakukan selama 20 detik, yaitu:

  • basahi seluruh tangan dengan air bersih mengalir;
  • gosok sabun ke telapak, punggung tangan dan sela jari;
  • bersihkan bagian bawah kuku-kuku dan gosok sela-sela jari tangan;
  • bilas tangan dengan air bersih mengalir;
  • keringkan tangan dengan handuk, tisu atau keringkan dengan diangin-anginkan.

CDC menyebutkan edukasi CTPS di sekolah membantu meningkatkan jumlah kehadiran siswa dan bila dilakukan dengan benar sejak dini, kemungkinan hal tersebut dapat meningkatkan perkembangan anak.

Selain itu, CTPS dapat mengurangi penggunaan antibiotik berlebihan yang merupakan faktor penting dalam terjadinya resistensi antibiotik. Dengan melakukan CTPS, orang tersebut dapat terhindar dari bakteri yang telah resisten dan sulit diobati.

HCTPS Sedunia mengingatkan para lintas sektor terkait baik di tingkat pusat dan daerah agar menyediakan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi serta tempat cuci tangan dalam jumlah yang memadai termasuk di sekolah, kantor, dan rumah makan.

Orangtua juga diingatkan agar mengajarkan CTPS yang benar kepada anaknya dan membiasakannya sebagai bagian dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

CTPS yang merupakan pilar kedua Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebenarnya dapat mencegah penyakit yang menyebabkan lebih dari 31.000 anak di Indonesia tiap tahunnya tidak dapat merayakan ulang tahun kelima mereka.

CTPS terbukti efektif, terjangkau, dan mudah dilakukan untuk mencegah penyakit dan menyelamatkan nyawa.

Sudahkah Anda melakukannya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here