Artikel Kesehatan: Iur Biaya

0
216 views
Ilustrasi (Ist)

HAMPIR semua negara saat ini telah membelanjakan lebih banyak untuk biaya layanan kesehatan, tetapi rakyat tetap masih harus melakukan iur biaya atau membayar dari kantong mereka sendiri yang terlalu banyak.

Apa yang mencemaskan?

Pengeluaran untuk sektor kesehatan tumbuh lebih cepat daripada sektor ekonomi global lainnya, menyumbang 10% dari Produk Domestik Bruto global. Sebuah laporan baru tentang pengeluaran sektor kesehatan global dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dikeluarkan pada hari Rabu, 20 Februari 2019, dengan judul ‘A new report on global health expenditure.’

Laporan ini  mengungkapkan peningkatan cepat pengeluaran sektor kesehatan global, yang khususnya terlihat di negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana belanja sektor kesehatan tumbuh rata-rata 6% setiap tahun, dibandingkan dengan hanya 4% di negara berpenghasilan tinggi.

Biaya kesehatan terdiri dari pengeluaran pemerintah, pembayaran langsung, yaitu warga membayar oleh mereka sendiri (out-of-pocket expenses), dan sumber-sumber lain seperti asuransi kesehatan sukarela, program kesehatan yang disediakan pemberi kerja atau pengusaha, dan pendanaan oleh organisasi non-pemerintah.

Pemerintah menanggung rata-rata 51% dari pengeluaran untuk biaya kesehatan suatu negara, sementara lebih dari 35% berasal dari iur biaya atau pengeluaran oleh warga masyarakat sendiri. Salah satu konsekuensi dari fenomena ini adalah 100 juta orang secara global, akan jatuh dalam kemiskinan ekstrim setiap tahun.

Telah terjadi tren peningkatan pendanaan publik domestik untuk biaya kesehatan di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Selain itu, juga menurunnya pendanaan eksternal di negara berpenghasilan menengah, dan ketergantungan pada iur biaya atau pengeluaran sendiri, yang cenderung menurun di seluruh dunia, meskipun lambat.

Peningkatan pengeluaran domestik sangat penting untuk mencapai cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Couverage (UHC) dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutanyang terkait dengan kesehatan.

Namun demikian, pengeluaran untuk layanan kesehatan sebenarnya bukan biaya, tetapi dana itu adalah investasi dalam pengurangan kemiskinan, meningkatkan lapangan pekerjaan, produktivitas, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, untuk terwujudnya masyarakat yang lebih sehat, lebih aman, dan lebih adil.

Artikel Kesehatan: Mencegah Kanker Serviks

Di negara berpenghasilan menengah, pengeluaran sektor kesehatan pemerintah per kapita telah naik berlipat dua sejak tahun 2000. Rata-rata, pemerintah membelanjakan US $ 60 per orang untuk sektor kesehatan di negara berpenghasilan menengah ke bawah, dan hampir US $ 270 per orang di negara berpenghasilan menengah ke atas.

Hal yang menarik adalah ketika pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan meningkat, rakyat justru cenderung akan jatuh ke dalam kemiskinan dalam membiayai layanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena pengeluaran pemerintah hanya mengurangi ketidakadilan (inequities) dalam akses kepada fasilitas kesehatan.

Oleh sebab itu, alokasi pendanaan pemerintah harus direncanakan dengan lebih berhati-hati, untuk memastikan bahwa seluruh rakyat dapat memperoleh layanan kesehatan primer.

Hanya 8 dari 30 negara yang datanya tersedia secara transparan, menghabiskan setidaknya US $ 40 per orang untuk biaya layanan kesehatan primer per tahun. Tenaga kesehatan profesional sangat penting untuk memberikan layanan kesehatan primer, namun di seluruh dunia saat ini diperkirakan memiliki kekurangan 18 juta pekerja kesehatan, termasuk dokter.

Layanan kesehatan primer adalah pendekatan untuk kesehatan dan kesejahteraan yang berpusat pada kebutuhan dan keadaan individu, keluarga dan masyarakat, untuk tujuan kesehatan dan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang komprehensif dan saling terkait.

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan semua negara perlu memprioritaskan layanan kesehatan primer yang efisien dan hemat biaya. Layanan kesehatan primer dapat mencakup sebagian besar kebutuhan kesehatan seseorang sepanjang hidup mereka, mulai dari pencegahan dan perawatan, hingga rehabilitasi dan terapi paliatif. Setidaknya setengah dari 7,3 miliar orang di dunia masih belum mampu mendapatkan secara penuh, layanan kesehatan esensial tersebut.

Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, data baru menunjukkan bahwa lebih dari setengah pengeluaran sektor kesehatan dikhususkan untuk biaya di layanan kesehatan tingkat primer. Namun demikian, hanya kurang dari 40% dari semua pengeluaran untuk layanan tersebut, yang benar-benar berasal dari dana pemerintah.

Padahal, semua (yaitu 194) Negara Anggota WHO, telah mengakui pentingnya layanan kesehatan primer saat mengadopsi Deklarasi Astana Oktober 2018 yang lalu. Sekarang semua pemerintah harus bertindak berdasarkan isi deklarasi itu dan memprioritaskan pengeluaran untuk biaya layanan kesehatan primer yang berkualitas di masyarakat.

Dengan meningkatnya belanja domestik oleh masing-masing negara, proporsi pendanaan yang disediakan oleh bantuan eksternal termasuk lembaga donor luar negeri, telah turun menjadi kurang dari 1% dari pengeluaran kesehatan global. Hampir setengah dari dana eksternal saat ini digunakan untuk tiga penyakit infeksi, yaitu pengelolaan HIV/AIDS, Tuberculosis (TBC) dan malaria. Meskipun telah terjadi transisi pendanaan di berbagai negara menjadi pendanaan domestik dalam sistem kesehatan nasional, namun bantuan eksternal tetap penting bagi banyak negara, terutama negara-negara berpenghasilan rendah.

Rakyat yang masih harus melakukan iur biaya (out-of-pocket expenses), seharusnya ditekan serendah mungkin, khususnya saat mengakses layanan kesehatan primer. Hal tersebut telah diatur secara tegas dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia.

Sudahkah kita mematuhinya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here