LIBURAN akhir tahun segera tiba, sehingga rencana liburan perlu disusun rapi.
Guideline Development Group (GDG) melakukan revisi atas ‘International Travel Health’ terbitan WHO. Panduan kesehatan perjalanan terbaru berbasis bukti, diterbitkan untuk para profesional medis, pelancong internasional dan negara anggota WHO.
Apa yang perlu diketahui?
Revisi ditujukan pada tujuh bidang prioritas yang tidak dicakup oleh program lain, sesuai dengan prosedur pengembangan pedoman WHO.
- Pertama tentang diare, khususnya penggunaan obat antibiotik dan anti-diare.
- Kedua terkait penggunaan obat aspirin rumatan untuk mencegah terjadinya trombosis vena dalam.
- Ketiga tentang penggunaan obat tidur dalam penerbangan jarak jauh dan panjang.
- Keempat terkait obat melatonin untuk mengatasi kondisi jet lag/
- Kelima tentang fobia terbang dan pencegahannya.
- Keenam tentang pencegahan dan pengobatan penyakit terkait ketinggian (altitude sickness) dan ketujuh, terkait hipotermia atau kedinginan.
Pelancong disarankan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan saat kembali dari perjalanan wisata, jika mengalami demam dari negara atau wilayah endemis malaria, menderita penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, atau penyakit pernapasan kronis atau telah mengonsumsi obat antikoagulan, dan mengeluh diare, muntah, penyakit kuning, gangguan kemih, penyakit kulit atau infeksi genital.
Selain itu, juga kemungkinan terpapar penyakit menular yang serius saat bepergian, dan telah menghabiskan waktu lebih dari tiga bulan di negara berkembang atau wilayah tertinggal.
Pelancong harus memberi kepada dokter, informasi medis tentang perjalanan, termasuk tujuan dan lamanya kunjungan. Wisatawan sebaiknya juga memberikan rincian semua perjalanan yang telah terjadi pada minggu dan bulan sebelumnya, termasuk vaksinasi dan kemoprofilaksis, yang diterima sebelum perjalanan.
Jet lag adalah istilah yang digunakan untuk gejala klinis yang disebabkan oleh gangguan pada “jam internal” tubuh dan perkiraan ritme 24-jam (sirkadian) yang mampu dikontrolnya.
Gangguan ini terjadi ketika pelancong melintasi beberapa zona waktu, yaitu ketika terbang dari timur ke barat atau barat ke timur.
Jet lag dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan gangguan fungsi usus, kelemahan umum atau malaise , rasa kantuk di siang hari, kesulitan tidur di malam hari, dan penurunan kinerja fisik ataupun mental. Efeknya sering dikombinasikan dengan kelelahan nyata yang disebabkan oleh perjalanan itu sendiri.
Mengurangi dampak jet lag
Gejala jet lag berangsur-angsur hilang saat tubuh beradaptasi dengan zona waktu yang baru.
Jet lag tidak dapat dicegah, tetapi ada cara untuk mengurangi efeknya. Langkah-langkah umum untuk mengurangi efek jet lag, misalnya sedapat mungkin beristirahat sebelum keberangkatan, dan gunakan setiap kesempatan untuk beristirahat selama penerbangan jarak menengah dan panjang.
Bahkan tidur singkat, misalnya kurang dari 40 menit, dapat membantu.
Makan makanan ringan dan batasi konsumsi alkohol.
Alkohol meningkatkan keluaran urin, sehingga tidur mungkin terganggu oleh kebutuhan untuk buang air kecil. Meskipun dapat mempercepat timbulnya tidur, alkohol merusak kualitas tidur, membuatnya kurang tenang.
Efek samping dari konsumsi alkohol yang berlebihan, yaitu mabuk dapat memperburuk efek jet lag dan kelelahan perjalanan. Alkohol karenanya harus dibatasi atau dikonsumsi hanya dalam jumlah sedang, sebelum dan selama penerbangan.
Kafein harus dibatasi pada jumlah normal dan dihindari dalam 4-6 jam dari periode tidur yang diharapkan. Jika kopi diminum pada siang hari, minum dalam jumlah kecil setiap 2 jam, lebih dianjurkan daripada langsung dalam satu cangkir besar.
Setelah sampai di tempat tujuan, cobalah untuk menciptakan kondisi yang tepat ketika mempersiapkan diri untuk tidur. Selain itu, tidur diusahakan sebanyak biasanya, dalam 24 jam setelah kedatangan.
Paksakan untuk tidur selama paling tidak 4 jam , pada malam hari waktu setempat, yang dikenal sebagai “jangkar tidur” yang dianggap perlu untuk memungkinkan jam internal tubuh, beradaptasi dengan zona waktu yang baru.
Jika memungkinkan, ganti waktu tidur total dengan tidur pada siang hari waktu setempat, sebagai respons terhadap perasaan mengantuk. Saat tidur siang, pelindung mata dan penyumbat telinga dapat digunakan untuk membantu mencapai tidur pulas.
Berolahraga ringan di siang hari, dapat membantu meningkatkan tidur malam yang nyenyak, tetapi hindari olahraga berat dalam waktu dua jam sebelum tidur.
Siklus terang dan gelap adalah salah satu faktor terpenting dalam mengatur jam internal tubuh. Paparan sinar matahari yang tepat waktu, terutama sinar matahari yang cerah, di tempat tujuan biasanya akan membantu adaptasi.
Saat terbang ke barat, paparan sinar matahari di malam hari dan penghindaran di pagi hari, misalnya dengan menggunakan pelindung mata atau kacamata gelap, mungkin sangat membantu.
Sebaliknya saat terbang ke arah timur, direkomendasikan untuk mengalami paparan cahaya di pagi hari dan penghindaran di malam hari.
Obat tidur kerja singkat (short-acting) dapat juga membantu, harus digunakan hanya sesuai dengan saran dokter dan seharusnya tidak digunakan selama dalam penerbangan, karena dapat meningkatkan imobilitas dan risiko terjadinya trombosis vena dalam.
Melatonin adalah hormon neurotropik dengan gugus antioksidan indolamina, yang disintesis oleh kelenjar pineal yang terletak di dalam otak dari senyawa asam amino triptofan.
Melatonin berperan dalam berbagai proses fisiologis tubuh seperti ritme biologis, regulasi tekanan darah, onkogenesis, retina, reproduksi, ovarium, sistem kekebalan dan diferensiasi osteoblas.
Melatonin tersedia di beberapa negara dan biasanya dijual sebagai suplemen makanan dan karenanya tidak tunduk pada kontrol ketat seperti obat. Waktu dan dosis efektif melatonin belum sepenuhnya dievaluasi dan efek sampingnya, terutama dalam penggunaan jangka panjang, tidak diketahui.
Selain itu, metode pembuatannya tidak terstandarisasi, dosis per tablet dapat sangat bervariasi, dan beberapa senyawa berbahaya mungkin saja ada.
Karena alasan tersebut, saat ini obat melatonin tidak dapat direkomendasikan secara umum.
Fungsi melatonin itu sendiri adalah sebagai hormon pemicu mengantuk dan menjaga agar tetap terlelap sepanjang malam. Pada orang-orang usia lanjut, khususnya, produksi melatonin berkurang secara alami sebagai efek penuaan.
Beberapa efek samping yang umum dan mungkin bersifat sementara dari suplemen melatonin, yaitu sakit kepala, depresi jangka pendek, mengantuk dan lemas di siang hari, pusing, kram perut, dan perubahan perasaan (mood swing).
‘International Travel Health’ terbitan WHO perlu dicermati, agar perjalanan liburan akhir tahun 2019 para pelancong menjadi lebih sehat dan menyenangkan.
Bagaimana sikap kita?