Artikel Politik: Dari Jurang yang Dalam

I Seorang sahabat, kemarin, mengirim sepotong doa lewat WhatsApp (WA): “De profundis clamavi ad te, Domine. Domine, exaudi vocem meam,” Kaget, membaca doa itu. Bung, mengapa situ mengirim doa begitu nggrantes—sangat sedih seperti sudah kehilangan pengharapan—begitu memelas, seperti itu? Mengapa situ meratap, Bung? Rasanya, doa itu yang harus kulambungkan, Bung, melihat kondisi sekarang ini. Begitu jawabnya. Lalu, ia menulis panjang lebar. Bung, … Continue reading Artikel Politik: Dari Jurang yang Dalam