[media-credit name=”Rotary Club Mataram Yogyakarta” align=”alignleft” width=”300″][/media-credit]SETELAH Romo V. Kirjito Pr yang berhasil melestarikan sumber-sumber air di lereng Merbabu dan Merapi, kini giliran kolega romo lain di Keuskupan Agung Semarang (KAS) yang diganjar sebuah award kategori kepedulian sosial. Yang mendapat jawilan kasih ini tak lain adalah Romo Yosep Suyatno Hadiatmojo Pr, alumnus Seminari Mertoyudan angkatan tahun 1977.
Peristiwa penganugerahan award kepedulian sosial untuk Romo Tuyet –begitu pastor KAS ini biasa dipanggil akrab di antara para alumni Seminari Mertoyudan—sudah berlangsung di sebuah hotel berbintang di Yogyakarta akhir Juni lalu. Selain Romo Tuyet sebagai penerima award, sejumlah nama dan lembaga lain juga disebut Rotary Club Mataram Yogyakarta (RCMY) sebagai pihak-pihak yang layak “dijawil mesra” dengan hantaran hadiah pujian berupa award.
Menurut Rotary Club Mataram Yogyakarta selaku penyelenggara dan pemberi award, penghargaan ini diberikan kepada mereka yang dianggap layak memperjuangkan perdamaian dan kemanusiaan di seputaran Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dan nama Romo Tuyet harus ikut disebut, karena menurut pengamatan banyak orang pastor diosesan KAS ini dinilai banyak berjasa dalam pengentasan “kemiskinan” di wilayah lereng Gunung Merapi paska erupsi dahsyat di bulan Desember 2010 lalu.
Posko Somohitan
Ketika berbincang-bincang dengan Sesawi.Net di Yogyakarta awal Juli 2011, Romo Tuyet menerangkan kalau dia “dilirik” Rotary Club Mataram Yogyakarta sejak lama karena dinilai berjasa dalam proyek pemberdayaan masyarakat sejak tahun 2006 sampai sekarang.
Romo Tuyet berkarya sosial melalui Posko Persaudaraan Umat Beriman Yogyakarta (FPUB) yang dia dirikan bersama sejumlah tokoh muslim DIY di tahun 1977 dan mengambil lokasi di Somohitan, Turi, DIY sebagai markasnya.
“Kata Pak Henry Susanto –Presiden Rotary Club Mataram Yogyakarta—saya dinilai layak mendapatkan nominasi penerima award RCMY 2011 lantaran kiprah aktif saya di kegiatan Posko Merapi sejak tahun 2006 melalui Posko FPUB di Somohitan, baik untuk masyarakat umum di lereng Merapi maupun korban gempa bumi dahsyat di Bantul tahun 2006,” terang romo ini.
Belum pernah masuk hotel
“Kata mereka, saya ini dianggap mampu memersatukan masyarakat lintas iman dalam kerja kemanusiaan lingkungan hidup dalam koridor lintas agama,” tambah dia.
Nah, lanjutnya kemudian, “Minggu malam 26 Juni 2011 lalu, saya ajak enam relawan kemanusiaan yang belum pernah masuk ke hotel,” katanya membuka omongan lagi.
“Bukan soal award-nya, tetapi biarlah mereka melihat dunia yang sangat berbeda dalam kehidupan harian mereka. Karena menurut pemikiran saya, para relawan itulah yang layak mendapatkan award. Sebab merekalah yang berkerja mati-matian sejak 24 April 2006 sampai sekarang. Sedangkan saya sebenarnya hanya KTT (Ketua Tudang Tuding) saja,” selorohnya.
“Terlepas dari siapa pun yang layak menerima award, paling tidak kami dengan teman-teman di lereng Merapi maupun FPUB telah berjuang di tingkat akar rumput agar semakin banyak merasakan kasih Allah untuk umatNya. Bahasa menterengnya, Gereja akan dihormati kalau mau bersentuhan dengan dunia,” pungkas Romo Tuyet.
Mathias Hariyadi, penulis dan anggota redaksi Sesawi.Net
Photo credit: Rotary Club Mataram Yogyakarta