DI jalan-jalan kawasan pegunungan, kerap dijumpai rambu-rambu peringatan bagi masyarakat umum. Beberapa di antaranya, ‘Awas tanah longsor’, ‘Awas jalan licin’, ‘Awas kerikil lepas’, dsb-dsb.
Tetapi tidak pernah dijumpai yang begini, ‘Awas Jaket ‘.
Mengapa rambu peringatan terakhir itu perlu muncul, karena suatu kejadian. Warung-Bathok adalah sebuah kawasan bagian dari Paroki Majenang. Beberapa keluarga bermukim tak jauh dari tempat itu. Sebuah pabrik pengolahan kayu berskala agak besar beroperasi di situ pula.
Pemiliknya, seorang kristen. Akhir tahun lalu bagi-bagi bingkisan bagi umat. Yang Katolik, dapat juga, termasuk pastoran.
Untuk beroperasi, pabrik banyak merekrut tenaga orang-orang sekitar. Dengan sistem shift, mereka bekerja. Ada yang masuk pagi. Ada pula yang masuk siang, habis tengah hari. Suatu hari, dua pemuda desa, karyawan pabrik tersebut berangkat kerja dari rumahnya dengan naik sepeda motor, berboncengan. Yang boncengkan bawa jaket. Mungkin, karena belum terlalu dingin udara, jaket tak dikenakan. Pakaian tebal itu hanya diliitkan di pinggang. Bagian dari jaket itu ada yang keleweran ke bawah, menggantung. Berkibar terkena angin.
Jalanan kawasan Warung-Bathok, terlintasi jalur Purwokerto-Bandung. Jalannya mulus, namun berkelok-kelok. Motor kedua pemuda berboncengan, menuju pabrik melewati jalur itu. Dengan kecepatan tinggi mereka berkendara. Tiba-tiba, tak diduga, tak dinyana, motor yang ditumpangi dua pemuda itu macet mendadak. Karena mendadaknya, mereka jatuh bergulingan di aspal. Di belakangnya melaju mobil minibus jenis Avanza, dengan kecepatan tinggi pula. Tak ada kesempatan mengerem, atau menghindar. Avansa itu menabrak kedua pemuda, sekaligus motornya. Dalam sekejab, tewas dua pemuda desa, yang hendak berangkat kerja.
Avanza tiada salah. Tapi kenapa motor dua pemuda desa itu terhenti tiba-tiba.
Sesudah diselidiki, dianalisa, di tempat kejadian perkara, ternyata roda motor itu macet mendadak tidak bisa berputar. Dan macetnya roda, disebabkan oleh jaket pemuda itu yang tak dipakai tapi diikatkan di pinggang. Bagian jaket yang menggelantung, masuk ruji, menghantam rantai, mbundhet melilit. Akibatnya, roda macet mendadak.
Menyesal kemudian tiada berguna. Kedua pemuda desa sudah tiada. Dan maaf, diakibatkan oleh perilaku yang sederhana, ‘Jaket tak dikenakan semestinya’.
Maka adalah betul, yang setiap kali dipesankan oleh polisi lantas di sebuah radio, hati-hatilah berlalulintas, kecelakaan kerap terjadi karena ketidak-tertiban.
Tidak tertib dalam pemakaian jaket-pun, bisa membawa petaka.
Selamat menggunakan jaket, untuk perlindungan kesehatan dan keselamatan anda.
Wasalam
-peng-oedoed BangJo—
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)