HANYA beberapa hari setelah beraksi di Biara St. Maria di Bethlekem milik Ordo Rubiah Tak Berkasut (OCD) di kasawan Lembang, Bandung, ternyata “Frater” KAJ gadungan yang mengaku bernama Rian itu beraksi lagi menyasar Biara St. Clara di Pacet, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Ia mengincar biara kontemplatif pengikut spiritualitas St. Fransiskus ini sebagai targetnya .
“Frater”gadungan Rian ini tampaknya sengaja memanfaatkan posisi ‘lemah’ biara. Lantaran gaya hidup para suster rahib ini berciri kontemplatif dan tidak banyak bergaul dengan dunia luar, maka sumber informasi ‘dunia luar’ para suster rahib ini juga menjadi sangat terbatas. “Frater” gadungan Rian yang mengaku dari KAJ lalu mengincar titik kelemahan itu sebagai ‘pintu masuk’ untuk bisa memperdaya calon korbannya.
Rupanya, posisi miskin informasi inilah yang dipilih sebagai menjadi ‘celah’ masuk bagi para pelaku kriminal untuk memperdaya para suster rahib, rumah retret/khalwat, susteran, dan biara-biara kontemplatif.
Baca juga:
- Mari Kenali Cara Pastur Gadungan Memperdayai Korbannya (3)
- Awas, Penjahat Nyaru Diri sebagai Pastur Gadungan dengan Hipnotis Berkeliaran di Gereja (1)
- Awas, Penipu Menyaru Pastur dengan Daya Hipnotis Berkeliaran di Gereja (2)
- Awas, Frater KAJ Gadungan Suka Menggondol Barang Berharga Anda
Sharing dari seorang suster
Semoga sharing berikut ini bisa semakin memperjelas duduk perkaranya.
Hari Selasa tanggal 31 Mei 2016 kemarin, “Frater” Rian Pr yang mengaku diri sebagai seorang calon imam diosesan (praja) dari Keuskupan Agung Jakarta datang menemui para suster rahib Klaris di Biara St. Clara Pacet, Cipanas. Tujuannya untuk melaksanakan retret pribadi, karena –kata “Frater” Rian ini- dirinya tengah mempersiapkan diri menyambut hari tahbisan imamatnya pada bulan Agustus 2016 mendatang.
Maya, sebut saja demikian namanya, adalah seorang aktivis katolik yang memiliki banyak relasi dengan jaringan para suster dan pastor di seluruh Indonesia. Mengutip omongan seorang suster rahib Klaris di Cipanas itu, Maya lalu mengisahkan cerita lanjutan ini.
Saat itu, para suster Klaris ini tengah bersiap hendak melakukan program retret bersama. Dan tidak biasa juga, di saat-saat ‘genting’ ingin melakukan retret bersama itu, suster portir (penjaga pintu biara) berkenan ‘membukakan pintu’ bagi tetamu seorang pemuda yang datang ingin menginap dan retret.
Mungkin karena merasa tidak enak atau bagaimana, Suster Portir ini lalu mempersilahkan masuk dan menerima dengan tangan terbuka kedatangan pemuda yang belakangan mengaku bernama “Frater” Rian Pr ini.
Kepergok tak sengaja oleh romo
Kebetulan sekali, kata Maya ini, pada hari-hari akhir di bulan Mei 2016 kemarin itu, seorang pastor diosesan senior dari Keuskupan Bandung juga tengah memberikan program retret ekologis bagi para suster Klaris di Biara St. Clara di Pacet, Cipanas ini. Sekali waktu, kata Maya mengutip omongan seorang suster Klaris, secara kebetulan “Frater” Rian Pr ini berjumpa secara tak sengaja dengan pastor diosesan dari Bandung ini.
Karena sama-sama merasa diri satu “korps” praja (diosesan) –sekalipun beda wilayah inkardinasinya—maka keduanya lalu berbincang akrab. Namun, intuisi pastor senior dari Keuskupan Bandung ini mulai tergelitik dan merasa ada sesuatu yang tidak ‘beres’, ketika dia menanyakan apakah kenal dengan sejumlah romo praja di KAJ yang bernama ini dan itu, namun hal itu tidak bisa dijawab dengan jelas dan pasti oleh “Frater Rian” ini.
Dari sinilah, kecurigaan lalu muncul.
Pastor diosesan senior dari Keuskupan Bandung ini langsung ingat bahwa beberapa hari sebelumnya “Frater Rian gadungan” dari orang yang sama ini juga kedapatan telah muncul di Biara St. Maria di Bethlekem milik para Suster Rubiah Ordo Tak Berkasut (OCD) di kawasan Lembang, Bandung. Selain telah menyikat dua laptop milik seorang pastor dari Paroki Lembang, “Frater” gadungan ini juga mengibuli para suster OCD bahwa dirinya perlu melaksanakan retret untuk persiapan tahbisan imam.
Melihat gelagat tidak baik akan segera ketahuan kedok di balik niat jahatnya itu, tanpa banyak kata akhirnya “Frater” gadungan itu lalu pergi begitu saja tanpa pamit meninggalkan Biara St. Clara di Pacet, Cipanas, Jawa Barat.
Pelajaran berharga
Pelajaran berharga yang mesti kita petik dari dua kejadian yang berlangsung hampir berurutan ini sebagai berikut:
- Pengelola rumah retret/biara, susteran, pastoran dan rumah-rumah residensi kaum religius mesti waspada kalau menerima tamu datang dan minta izin boleh menginap. Sebaiknya segera Anda tegas menanyakan dengan jelas identitas tetamu yang datang itu berikut semua bukti identitas dirinya. Sebaiknya difoto dengan gadget sebagai dokumen arsip atau difotokopi untuk keperluan pengarsipan di buku tamu.
- Identitas diri ‘tamu tak diundang’ ini harus segera dilakukan cross-check dengan Keuskupan atau Provinsialat darimana tamu tak diundang yang mengaku frater atau pastor ini berasal dan menjadi anggotanya.
- Alasan ingin retret rasanya merupakan alibi yang sangat tidak masuk akal. Jangankan retret dengan kurun waktu tiga hari (triduum) atau delapan hari (octiduum), acara rohani sekelas rekoleksi sehari saja butuh persiapan matang dan bukan ujug-ujug bisa dilakukan untuk terjadi.
- Mana ada frater atau pastor bisa secara tiba-tiba ingin retret begitu saja? Tradisi ‘prosedural’ yang sampai saat ini masih berlaku sudah sangat jelas: retret itu merupakan program tahunan yang sudah harus direncanakan secara baik dan matang jauh-jauh hari sebelunya menyangkut dimana lokasinya, jumlah peserta, siapa pastor pembimbing retret, dst. Retret bukanlah program binaan rohani dadakan atau sakdeg saknyek harus jadi hari itu juga.
- Susteran, biara kontemplatif, pastoran: silakan hanya menerima tamu boleh menginap, kalau Anda benar-benar mengenali siapa tamu yang datang menemui Anda dan ingin menginap di rumah biara, pastoran, susteran Anda.
- Jangan pernah terbuai dengan kata-kata manis, penampilan klimis alus, wajah tampan atau ayu, namun punya niat jahat tersembunyi. Kejahatan mereka baru akan terdeteksi ketika Anda sudah sadar diri dari saat-saat terlena dan mulai tahu bahwa baru saja kecurian atau terperdaya ditipu mentah-mentah oleh para penjahat spesialis mengincar biara, susteran, pastoran ini.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Sekedar sharing: modus minta bantuan.
Tahun 92 saya berada di komunitas skolastikat SCJ, Yogyakarta. Saat bertugas Jaga tamu saya kedatangan seseorang laki-laki dengan kepala agak botak dan berlogat bicara Sumatera datang dengan wajah memelas. singkat kata bapak itu memperkenalkan diri bernama Paulus Daxi yang berasal dari Nias dia mengaku mengalami perampokan di terminal uangnya habis dan tidak bisa pulang ke Nias ia kemudian menunjukkan bekas luka di kepala yang terlihat jelas karena rambutnya dicukur gundul alias botak. Karena merasa kasihan lalu kami Beri makan siang. Saya merasa iba lalu kami memberitahu pimpinan piara mengenai kondisi orang tersebut dan Atas izin pimpinan kami membantu sejumlah uang
Peristiwa itu berlalu tanpa masuk ingatan saya . Dua tahun Kemudian saya ditugaskan di sebuah Paroki di Sumatera tepatnya di Paroki Santa Maria Tugumulyo Sumatera Selatan. Jarak tempuh dari Yogyakarta sampai ketempat ini kira-kira 1500 km jauhnya dan beda pulau. saat siang hari sebelum makan siang saya kedatangan seorang tamu yang mengagetkan saya tamu itu wajahnya masih saya ingat 2 tahun yang lalu pernah ketemu saya di Yogyakarta tetapi orang itu sepertinya tidak mengenali saya, yg dulu di Yogyakarta sekarang ada di pelosok beda pulau. lalu saya minta orang itu memperkenalkan diri dan menanyakan keperluannya apa. Saya dengar namanya Paulus Daxi , semakin yakin orang ini penipu. Sambutan saya kali ini tidak seramah 2 tahun yang lalu. Langsung saya tembak dengan kata-kata yang tegas Saya tahu Anda kesini Berniaga menipu dengan cara yang sama seperti 2 tahun yang lalu saya pernah ketemu Anda di Yogyakarta saya minta Jangan mengulangi lagi perbuatan seperti ini dan saya minta Anda keluar dari tempat ini Demikian saya usir orang itu. saya kemudian menelpon pastoran terdekat supaya hati-hati terhadap orang ini tetapi saya terlambat rupanya dia sudah melakukan hal yang sama di pastoran Lubuklinggau.
Pelajaran: komunitas biara atau pastoran sering menjadi sasaran empuk orang-orang yang meminta belas kasihan tetapi menipu dengan cara seperti itu tanyakan identitas yang jelas keluarkannya asalnya ktp-nya supaya kita tidak salah sasaran memberi bantuan. Semoga berguna bagi pembaca. Leo. A. Pamudya. Awam dri paroki st.Yohannes Maria Vianney. Jaktim.