MENGHADAPI krisis 65,6 juta orang yang terpaksa mengungsi di seluruh dunia saat ini, Paus Fransiskus meminta agar Serikat Jesus melanjutkan karya JRS.
Menggemakan kepedulian dan pesan Paus Fransiskus itulah, JRS (Jesuit Refugee Service/Pelayanan Jesuit bagi Pengungsi) Indonesia ingin mengundang semua orang yang punya hati untuk membantu para pengungsi dengan menyumbang serelanya.
“Kami akan hadir dalam perayaan ekaristi di Gereja Theresia, Jakarta pada Sabtu hingga Minggu 26-27 Agustus,”ujar Romo Maswan Susinto SJ, Senin (21/8).
Menurut Maswan, sampai tahun 2018, JRS masih butuh biaya 800-an juta rupiah. Sebelumnya, penggalangan dana sudah dilakukan di Paroki Bongsari Semarang. Minggu ini di Paroki Santa Theresia, Jakarta dan Bulan Desember di Paroki Purbayan, Solo, Jawa Tengah.
Karya Jesuit
JRS (Jesuit Refugee Service/Pelayanan Jesuit bagi Pengungsi) merupakan karya Serikat Jesus yang mempunyai misi untuk menemani, melayani, dan membela hak-hak para pengungsi. Pada 14 November 1980, Romo Pedro Arrupe SJ, Jenderal Serikat Jesus waktu itu, mengambil keputusan untuk mendirikan JRS karena prihatin atas derita “manusia perahu”, yaitu orang-orang Vietnam yang mengungsi akibat Perang Vietnam dan menempuh perjalanan penuh risiko, melintasi Laut Cina Selatan. Banyak dari antara mereka yang ditampung di kamp pengungsian di Pulau Galang, di tenggara Batam. Para Jesuit Indonesia melayani para pengungsi di sana sejak 1986 sampai 1996.
Setelah keterlibatan perdana di Pulau Galang, JRS Indonesia kembali merespons krisis kemanusiaan akibat konflik pasca kemerdekaan Timor Leste, dengan mendampingi pengungsi yang mengalir masuk ke Timor Barat (1999-2004). Pelayanan yang dilakukan antara lain pendidikan, kesehatan, peningkatan pendapatan, penyatuan anak-anak pengungsi yang terpisah dari orangtua, pendamaian kembali pengungsi dengan masyarakat asal mereka, dan pemulangan pengungsi.
Ketika meletus konflik Maluku, JRS Indonesia juga hadir (2000-2005) melalui aneka pelayanan serupa bagi pengungsi, dengan fokus pada pendamaian kembali komunitas-komunitas masyarakat yang retak akibat konflik. Pada saat yang bersamaan, JRS Indonesia menemani para pengungsi di Aceh dan Sumatra Utara akibat konflik (2001-2004, 2008-2009) dengan berbagai kegiatan, termasuk penyediaan lahan pemukiman.
Karya JRS Indonesia tidak hanya ditujukan bagi pengungsi akibat konflik, tetapi juga korban bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias (2005-2007), dengan berbagai pelayanan di masa darurat serta pengadaan rumah tahan gempa bagi para pengungsi. Bersama semua pihak yang berkehendak baik, JRS Indonesia membantu para pengungsi akibat gempa bumi dan erupsi Merapi (2006-2007) serta gempa di Cianjur (2010) dengan rehabilitasi pemukiman. Pada 2008-2011, JRS Indonesia mendampingi beberapa desa, komunitas orang muda, dan sekolah di Aceh Selatan agar mampu mencegah pengungsian, dengan ketrampilan mengelola desa, mengatasi konflik, dan mengurangi risiko bencana alam.
Mulai 2009, JRS Indonesia mendampingi para pencari suaka (asylum seekers) dan pengungsi lintas batas negara (refugees). Mereka terpaksa mengungsi karena ancaman pembunuhan dan penganiayaan serta persekusi dalam situasi konflik atau perang. Merekalah yang berasal dari negara-negara yang bergolak seperti Suriah, Afghanistan, Myanmar, Irak, Palestina, Somalia, Sudan, Eritrea, dan lain-lain. Pada umumnya, mereka berasal dari suku, agama, atau kelompok sosial minoritas tertentu di negara mereka. Ada pula pengungsi yang tidak diakui sebagai warga negara mana pun, seperti etnis Rohingya dari Myanmar.
Menurut data UNHCR (United Nations High Commisioner for Refugees/Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi), terdapat sekitar 14.000 pencari suaka dan pengungsi yang berada di Indonesia saat ini. Sekitar 2.700 orang ada di Jakarta dan 2.500 di kawasan Bogor. Dari total tersebut, lebih dari 2.000 orang ditahan di 13 Rumah Detensi Imigrasi di Indonesia, termasuk perempuan dan anak-anak. Sungguh ironis, pengungsi diperlakukan seperti kriminal, hanya karena tidak punya dokumen imigrasi lengkap ketika masuk ke Indonesia. Mereka berharap bahwa ada negara yang mau menerima mereka, yang menghargai hak asasi mereka, dan memberi rasa aman.
Proses penentuan status
Sebagai pencari suaka, mereka menempuh proses Penentuan Status Pengungsi oleh UNHCR Indonesia. Setelah mendapatkan status sebagai pengungsi (refugee), mereka menunggu proses pemukiman ke negara ketiga. Untuk seluruh proses tersebut, mereka terpaksa menunggu di Indonesia selama 4-6 tahun karena negara-negara maju saat ini cenderung mengurangi kuota penerimaan pengungsi. Dalam masa penantian panjang ini, mereka dilarang bekerja. Pengungsi anak-anak tidak bisa bersekolah formal. Sementara itu, bekal mereka makin habis. Seringkali mereka jatuh sakit akibat kurang gizi atau karena sakit yang sudah ditanggung sejak mengungsi, termasuk sakit akibat kekerasan yang mereka alami di negara asal. Derita batin akibat terpisah dari orangtua, istri, suami, atau anak tercinta juga menambah beban hidup mereka.
JRS saat ini hadir bagi pencari suaka dan pengungsi yang ditahan di Rumah Detensi Imigrasi Manado dan Medan. JRS mengunjungi mereka, mendengarkan kisah dan harapan mereka, membangun jembatan komunikasi yang baik antara pengungsi dan petugas imigrasi, serta mengadakan kegiatan pelajaran bahasa Inggris, bahasa Indonesia, perayaan budaya, dan olahraga yang dapat mengurangi stres mereka. JRS juga mendampingi para pencari suaka dan pengungsi yang paling rentan dan miskin, yang tinggal di tengah-tengah penduduk Cisarua-Jawa Barat dengan mengunjungi mereka, membuka kursus bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, serta memberikan bantuan tempat tinggal, makanan, dan pelayanan kesehatan.
Dari perjalanan pelayanan semenjak 1999, JRS meyakini bahwa menemani, melayani, dan membela hak pengungsi berarti memberi peneguhan bahwa Allah hadir dan menyertai perjalanan hidup manusia dalam peristiwa tragis sekalipun. Dengan menjadi sahabat bagi para pengungsi yang terasing dan terpinggirkan, JRS berbagi pengalaman menjumpai Tuhan yang telah berpesan kepada kita:
“Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang terasing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (Mat 25:35-36).
Donasi untuk mendukung misi JRS dapat disalurkan melalui:
Nomor rekening: 037 4400 777
Bank: BCA Jl. Jendral Sudirman Yogyakarta
Atas nama: Yayasan JRS Indonesia
JRS Indonesia
Website: www.jrs.or.id
Fanpage Facebook: @jrs.indonesia