Badai Pasti Berlalu

0
518 views
Yesus redakan angin ribut di laut. (ist)

Sabtu, 30 Januari 2021

Ibr 11:1-2, 8-19 dan Mrk 4:35-41

KALAU berkisah tentang perjalanan lewat laut, selalu saya teringat kisah kasih saat menjalani karya pastoral sebagai misionaris “fidei donum” di Paroki Sikakap, Kepulauan Mentawai, Keuskupan Padang.

Sebelum bencana tsunami 2010, hampir semua stasi mesti dicapai dengan boat. Ada musim di mana badai begitu dahsyat.

Hati berdebar kencang saat melaut menuju stasi-stasi. Kadang kalau badai terlalu besar, kami harus menepi, bersembunyi di pulau sekitar menunggu badai reda. Tapi selalu ada keyakinan badai pasti berlalu, karena Tuhan Yesus selalu ada dalam perahuku dan dalam hatiku.

Yesus mengajak para murid menyeberang: “Marilah kita bertolak ke seberang.”

Yesus mengajak kita untuk bertolak ke seberang lautan kehidupan kita. Yesus tahu bahwa akan ada banyak tantangan, badai dan taufan menghadang perahu mereka.

Karena itu, Yesus selalu ada bersama para murid. Sebenarnya, bukan Yesus yang tidur, melainkan para murid tidak sadar akan kehadiran Yesus. Mereka membangunkan Yesus yang lagi tidur. Yesus bangun dan menghardik angin: “Diam. Tenanglah. Badai reda dan danau menjadi teduh.”

Yesus juga mengecam para murid yang kurang percaya kepada-Nya.

Hidup kita ini adalah sebuah pelayaran. Dunia adalah lautan. Keluarga dan panggilan, hidup kita adalah biduk, perahu.

Yesus memerintahkan kita untuk bersama Dia berlayar menuju seberang, sebuah hidup yang penuh damai sejahtera. Tapi untuk sampai ke sana, kita mesti menghadapi badai dan taufan.

Jangan takut, karena ada Yesus yang lagi tidur di buritan hati kita. Mari kita bangunkan Yesus dengan sepenggal doa: Tuhan, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?”

Yakinlah Yesus akan menghardik angin dan badai, maka laut kehidupan kita akan jadi teduh sekali.

Dan biduk kita akan sampai di pelabuhan yang damai.

Bersama Yesus, badai pasti berlalu. Amen.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here