Wahyu Tuhan
Padahal pengertian, pemahaman seperti ini seringkali disampaikan oleh Tuhan pada manusia. Hanya sayang, tidak pernah dianggap sebagai pesan. Manusia hanya paham bahwa pesan/sabda atau Firman Tuhan hanya ada di Kitab Suci yang harus dibacanya terus menerus. Itu pun kalau benar cara membaca dan memahami atau menafsirkannya. Kalau salah, bisa berabe. Pecah perang.
Tuhan hadir dan berkomunikasi dengan manusia lewat beragam cara. Sayang manusia tidak peka. Manusia sudah sibuk dan hectic dengan dunianya. Gawai, media social, televisi, radio, koran, peristiwa-peristiwa yang simpang siur baik yang dilihat langsung maupun tidak, kegalauan-keagalauan manusia menjadikan hati manusia bising. Telinga batin manusia tuli dan mata batin manusia menjadi buta.
Malaikat tidak dipercayainya. Justru pocong, kuntilanak, dan bentukan-bentukan lain yang sebenarnya hanya mengganggu pikiran dan hati manusialah yang dipercayanya. Manusia lebih percaya pada kegelapan daripada terang yang datang dari malaikat Tuhan.
Setiap hari, setiap saat Tuhan bicara pada manusia lewat pengalaman-pengalaman hidupnya atau peristiwa-peristiwa yang dilihatnya secara langsung, cerita dan teguran dari kawan atau teman hidup, pendapat orang, nasihat teman atau orangtua, artikel yang dibacanya di sebuah media, peristiwa yang dilihat di media sosial, berita yang dibacanya di lini masa, dan sebagainya.
Bahkan Tuhan berkomunikasi pada manusia lewat pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang dialaminya setiap saat dan setiap hari. Kalau ada manusia yang merasa bisa melihat melalui mata batinnya, mendengar suara gaib yang membisikinya, atau mimpi-mimpi yang datang memberitahu sebelum kejadian itu datang, itu anugerah.
Namun pada dasarnya, manusia lain yang merasa tidak berbakat dengan kemampuan itu sebenarnya juga bisa memahami dan menangkap pesan Tuhan. Manusia sebenarnya sangat bisa memahami dan bercakap-cakap dengan Tuhan atau pembawa pesannya, yakni para malaikat.
Hanya satu syaratnya. Manusia harus hening. Hati manusia harus mengalami keheningan. Karena di situlah dia bisa membedakan mana yang menjadi pikiran, keinginannya sendiri dan mana yang merupakan pesan Tuhan.
Manusia harus menyingkirkan segala kebisingan yang dialaminya sehari-hari. Berhenti sejenak dari segala kesibukan yang menyita hidupnya untuk sejenak bercanda dan bercakap dengan Tuhan. Karena sejatinya Tuhan selalu bicara pada kita bahkan memberi nasihat serta solusi untuk semua persoalan yang kita hadapi.
Nyatanya, banyak manusia tidak tahu dan tidak bisa. Akhirnya yang terjadi, kesepian yang melanda hidupnya. Kegalauan merusak kedamaiannya. Dan ketidakpercayaan pada Tuhan menjadi tepi dari semua itu. Manusia merasa berjuang sendiri hingga membuat frustasi karena semua masalah yang dihadapinya kerap tak bisa diselesaikannya. Karena merasa Tuhan tidak pernah ada dan hadir.
Padahal, Tuhan selalu hadir. Malaikat yang diutusnya untuk segala macam masalah dari yang sepele sampai yang besar selalu siap membantunya kapan pun mau. Hanya dua syaratnya, manusia percaya bahwa Tuhan dengan malaikatnya itu memang ada dan menolongnya dan manusia mau minta tolong.
Tanpa permintaan tolong, malaikat bahkan Tuhan pun tidak akan bisa berbuat banyak. Tuhan juga malaikatNya menghormati free will alias kehendak bebas yang dianugerahkanNya sendiri pada manusia. Karena itu, Yesus pernah berkata “Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu dan mintalah maka akan diberikan kepadamu.”
Belajar hening setiap hari harus menjadi standard operating procedure (SOP) kita kalau hendak berkomunikasi dan bisa menangkap keinginan/kehendak Tuhan. Tanpa keheningan, bisa jadi kita akan kesulitan menangkap pesan Tuhan.