DALAM hidup ini, siapa yang tidak pernah mengeluh? Mungkin mengeluh termasuk salah satu yang paling sering manusia lakukan. Anak mengeluh tentang orangtua dan sebaliknya. Murid mengeluh tentang guru dan sebaliknya. Rakyat mengeluh terhadap sikap dan layanan para pejabat.
Bukan hanya itu, manusia juga mengeluh kepada Tuhan. Bahkan nabi besar seperti Elia pun mengeluh kepada Tuhan. “Cukuplah sudah. Sekarang ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik daripada nenek moyangku.” (1 Raja-raja 19:4). Dia lalu tidur. Artinya, berusaha melupakan masalah hidupnya.
Bagaimana Tuhan menjawab keluhan manusia itu? Dia mengutus malaikat untuk membangunkan dan menyuruhnya makan. Tuhan menyediakan roti dan air untuk menguatkan Elia.
Orang-orang Yahudi juga mengeluh. Mereka bersungut-sungut setelah mendengar Yesus bersabda, “Akulah roti yang turun dari surga.” (Yohanes 6:41). Bagaimana Yesus menanggapi keluhan mereka itu?
Dia bersabda, “Jangan kamu bersungut-sungut.” (Yohanes 6:43). Dia juga bersabda, “Akulah roti kehidupan yang telah turun dari surga. Jika seorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” (Yohanes 6:51). Artinya, Yesus memberikan Diri-Nya sebagai makanan yang menguatkan mereka yang percaya kepada-Nya. Mereka ini pasti sampai ke tujuan hidupnya, yakni hidup kekal.
Dahulu, Tuhan Allah memberikan manna dari surga dan air dari batu karang kepada bangsa Israel yang berjalan di padang gurun. Kini Dia memberikan kepada manusia makanan dan minuman rohani, yakni Tubuh dan Darah Yesus. Dengan menyantap tubuh-Nya dan minum darah-Nya, orang sanggup melanjutkan perjalanan.
Singkatnya, Tuhan menanggapi keluhan manusia dengan meneguhkan mereka. Tuhan memberikan makanan dan minuman yang menghidupi dan memuaskan mereka. Tuhan tidak membiarkan manusia putus asa di jalan, karena menghadapi kesulitan. Bersama pemazmur, marilah berdoa, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan.” (Mazmur 34:8).
Minggu, 11 Agustus 2024
HWDSF
