“Bak Mandi itu Penuh Bulu Tikus dan Belatung!” ; Berpastoral di Pedalaman Kokonao, Papua (15)

0
2,928 views

Di sepenjang pesisir pantai dimana kami melayani tidak ada air tawar yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, kecuali air hujan. Suatu saat saya melayani salah satu stasi yaitu Ipaya. Setelah tergucang-guncang di atas speedboat, akhirnya kami sampai pada pukul 21.00.

Saat itu saya tinggal dan tidur di balai desa. Tempat yang cukup sederhana. Hanya beralaskan tikar, tanpa kasur atau kelambu. Setelah istriahat sejenak untuk meluruskan badan, aku berniat untuk mandi dan buang air besar.

Pasti mandi malam ini sungguh membuatku segar, gumamku dalam hati. Apalagi kamar mandi sudah  dibersihan oleh dua anak SMP. Hal ini diluar kebiasaan, terlebih lagi dua anak SMP ini menggunakan sabun untuk membersihkan kamar mandi itu. Akan tetapi ketika aku membuka pintu dan melihat ke bak mandi
“Astaga!”

Di dalam bak mandi itu terapunglah bulu-bulu tikus berserta kulitnya yang terkelupas dan juga belatung yang terapung di permukaan air di bak itu. Tentu saja aku segera ke luar untuk menghirup udara yang lebih segar. Hampir saja aku muntah melihat belatung yang berenang dan mulai merayap di pinggir bak kamar mandi berusaha untuk ke luar. Saat itu sebenarnya saya berniat untuk segera buang air besar. Akan tetapi niat saya urungkan. Kemudian  saya mencari ember dan menimba di sumur yang letaknya di depan balai kampung itu. Satu ember besar telah penuh. Dan akhirnya saya dapat buang air besar dan mandi dengan nyaman.

Sempat saya berpikir mengapa air di bak mandi itu amat kotor dan banyak kulit tikus yang terkelupas berserta bulu-bulu tikus dan juga belatung yang terapung di permukaan air. Padahal sudah dibersihkan oleh anak-anak itu. Saya baru tersadar bahwa hal ini terjadi karena ketika membersihkan kamar mandi itu mereka tidak mengunakan senter atau lilin sebagai penerang. Mereka hanya membersihkan dan mengisi bak mandi dengan air, tanpa melihat apa yang ada di dalam bak itu.

Selesai mandi dan buang air besar, saya memberitahukan pada motoris dan umat yang ikut saya agar tidak menggunakan air yang ada di dalam kamar mandi.  Mereka juga mengambil air di sumur depan balai dan digunakan untuk mandi.

Refleksi
Untuk menjadi lebih baik, pastilah membutuhkan waktu, agar  apa  yang dilakukan sungguh membawa berkat bagi orang lain. Sadarilah satu hal ini, “Setiap tindakan yang kita lakukan selalu berakibat dua hal yaitu negatif atau positif (tergantung yang menilainya). Walaupun perbuatan itu baik, dilakukan dengan cara yang baik, maksud yang baik. Tetapi bisa saja orang memandangnya sebelah mata, mereka bahkan curiga dengan maksud baik kita.

Hal ini bisa muncul kalau orang melihatnya dengan prespektif lain. Atau orang itu iri akan kebaikan dan perkembangan hidup kita. Kalau hal ini terjadi pada diri kita, ingatlah bahwa hal itu jangan sampai membuat kita down. Tetapi sebaliknya tetap melakukan segala hal baik demi kebaikan diri dan orang lain.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here