TUJUAN kunjungan ini ingin berbagi kegembiraan bersama anak-anak lapas. Kedatangan mereka disambut baik oleh pihak Lapas.
Ketua Lapas, Sudirman Jaya, beserta stafnya memasuki aula. Kursi-kursi di ruangan itu sudah diduduki sekitar ratusan anak binaan. Salam hormat adat Lampung diucapkan lantang oleh Sudirman Jaya, “Tabik pun…”
Dan dibalas dengan ucapan, “Ya pun…”
Dalam sambutannya, Sudirman mengucapkan terimakasih atas kunjungan yang menggembirakan ini. Ia menitipkan anak-anaknya kepada panitia untuk diperiksa kesehatannya.
“Inilah keadaan anak-anak kami dengan segala kondisinya. Kalau anak-anak sebayanya nilainya 9, mereka sekitar 6 atau 7,” tuturnya.
Hari terasa beda
Setiap lima anak maju mendaftarkan diri. Petugas kesehatan menanyakan nama, umur, dan keluhan yang dirasa. Setelah diukur tensinya, anak binaan beranjak ke meja lain untuk diperiksa,oleh dokter gigi atau dokter umum untuk diperiksa sesuai penyakitnya.
Setelah didiagnosis, dokter memberi resep obat. Anak binaan beranjak lagi ke meja berikut untuk mendapatkan obat.
Di pintu keluar dua orang ibu siap memberikan paket dan nasi kotak. Paket itu berupa sandal jepit, sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi, dan handuk. Senyum dan ucapan terimakasih keluar dari hati yang penuh syukur dari anak binaan.
Di ruang sebelah pengobatan disediakan ruang konsultasi bagi mereka yang membutuhkan konsultasi. Bila tidak ingin berkonsultasi, anak-anak binaan itu dipersilakan mencari tempat untuk menikmati makan siang. Mereka langsung duduk di lantai yang teduh, ada juga yang masuk ke ruangan kosong mencari tempat yang nyaman.
Sandal jepit yang didapat langsung mereka pakai. Jika sandal jepit itu kekecilan, mereka bertukar sandal dengan temannya. Mereka tampak rukun dan gembira.
Setelah isi paket dibuka, lalu mereka membuka nasi kotak. Dengan lahap mereka menikmati nasi kotak itu. Seorang anak binaan mengatakan senang jika ada tamu yang berkunjung ke lapas mereka.
“Harinya terasa lain,” ujarnya sambil tersenyum.
Proses pembinaan
Lapas Anak Kelas II Provinsi Lampung ini berada di Natar dan memiliki 184 anak binaan (khusus laki-laki, umur 13-23 tahun).
Menurut Sudirman Jaya, lapas ini adalah peringkat pertama di seluruh Indonesia dalam jumlah anak binaan.
Mereka datang dari berbagai penjuru daerah seperti Rumbia, Kotabumi, Metro, Pringsewu dll. Kasus mereka adalah perkara kriminal, asusila, narkoba, dll.
Di lapas ini, mereka dibina baik rohani maupun aneka keterampilan yakni: pengajian, elektronika, barber shop, dan perkayuan.
Sedangkan mereka yang masih usia sekolah, dari pukul 08.00 hingga pukul 12.00, harus belajar di kelas. Setelah lulus mereka akan mendapat ijazah. Segala upaya diupayakan oleh pihak lapas agar kepribadian dan moral mereka seiring waktu menjadi baik.
Dari hasil pemeriksaan kesehatan para dokter di atas, sebagian besar anak binaan terkena penyakit kulit dan maag. Setiap malam mereka mengeluh gatal-gatal sehingga sulit tidur.
Berpengharapan
Panitia Ekumenis Natal 2019 ini merupakan gabungan dari komunitas Katolik dan Kristen (PGIW, GGBI BPD Lampung, GBI Malahayati, Gereja Adven, PGLII, dan GPDI). Mereka ingin berbagi kegembiraan dan berkat Tuhan yang telah mereka terima kepada anak-anak lapas ini.
“Yang kami lakukan tidak banyak dan tidak mengubah perilaku anak-anak, tetapi sebagai bentuk cinta dan perhatian kami untuk berbagi,” ujar Wakil Ketua Panitia Natal Agus Suwarso.
Agus berharap, kunjungan ini menambah semangat anak-anak binaan dan tidak selalu memikirkan masa lalu.
“Hari kemarin adalah masa lalu. Hari ini adalah kenyataan. Hari esok adalah harapan,” ujar Agus.
Kata-kata itu senada dengan tulisan besar yang ada di tembok dalam ruangan: “Hidupkan mimpimu. Ceriakan hidupmu. Raihlah cita-citamu.”