Sabtu Sepi 2020
Petrus
Malam berlalu lambat sekali
Seakan tak rela berganti hari
Putaran bumi seolah berhenti
Tanpa berisik angin nan sunyi
Embun lenyap terpapar mentari
Menambah senyap hati kian sepi
Iringi jiwa merana di lubuk hati
Menanti kapan duka mau pergi
Para murid Yesus masih berduka
harapan mereka sia-sia belaka
Sang Guru mati terhina sisakan luka
merasa tak berdaya, dan durhaka
Petrus tak habis menyesali diri
Tak bernyali bak satria sejati
Bahkan tuk sekedar unjuk gigi
Justru tiga kali ia menyangkali
Hidupnya kini terasa tak berarti
Hanya salahkan diri dan menyesali
Di hati ia rindu rela jadi pengganti
Dihukum mati hingga di salib kalvari
Ia tak sanggup menerima dirinya
Hari kemarin ia tak mengikutinya
Takut kalau orang melihatnya
Malu atas kata dan kelakuannya
Bunda melihat Petrus menyendiri
Dalam iman ia ingin meyakinkan
ingatlah pengalamanmu selama ini
gurumu tak pernah beri hukuman
“Petrus, cobalah untuk percaya.”
Guru kuatkan orang tak berdaya
semua kan indah pada waktu-Nya
demi menyatakan kemuliaan-Nya
Bunda Maria memang berduka
Menerima jenazah putera tercinta
Tapi sebagai ibu ia justru bangga
Atas niat dan tekatnya sang Putra
Ia rela dan sedia mati terhina
Demi cinta pada Bapa dan kita,
Bunda ingat kisah sejarah bangsanya
Sejarah kasih setia Tuhan ke umat-Nya.
Abraham yang sedia menyerahkan anaknya
Ia dipilih jadi bapa bangsa karna ketaatannya
Yusuf dihina dan dijual oleh saudaranya
ia jadi penyelamat saudara dan sesamanya
Kisah kasih Allah yang Bunda percaya
Allah Abraham, Allah Yusuf Allahnya juga
Allah yang sama kan selamatkan Putera
Hingga rencana-Nya semua jadi nyata
Maria Magdalena
Maria Magdalena menangis semaleman
menyesal karena tak cukup kesempatan
sebagai “yang tersayang”, tuk berpelukan
buat sekedar ungkapan rasa perpisahan
hati kecilnya masih tersisa rasa bahagia
bercucuran airmata, dia merawat jenazahnya
ada syukur, minyak wanginya berguna
mengharumkan tubuh-Nya terakhir kalinya
ia justru kesal atas aturan adat-istiadat
yang tak mengerti, ia paling kehilangan
ia tak sabar menanti akhirnya hari sabat
untuk menengok jenazah sang junjungan
Bunda Maria bersimpati pada Magdalena
Seakan memahami pergulatan hatinya
Namun dalam hati ia bertanya-tanya:
Mungkinkah intuisinya tertutup oleh cinta?
Kalau Magdalena berharap Yesus jadi andalannya
Itu boleh dan benar, tetapi tidak dengan caranya
Yesus memilih cara taat dan setia pada Bapa-Nya
Itulah yang diajarkan dan dijalani oleh Bunda-Nya
Maria tahu dan percaya Allah dan cinta-Nya setia
Adam Hawa dibuang dari Firdaus, karna tak setia
Kerajaan Israel hancur, karna ketidaksetiaan
Bangsa Israel dibuang, juga karna ketidaksetiaan
Wafat puteranya memang menyisakan duka
Tapi hatinya justru bangga atas puteranya
Yang memilih percaya dan taat Bapa-Nya
Daripada ikuti dorongan insani belaka
Maria percaya dan taati Tuhan
Ketika ia berkata “fiat voluntas tua”
Bunda mengimani dan mentaati Tuhan
Ketika ia hamil tua pergi cacah jiwa
Maria percaya dan taat pada Tuhan
Ketika ia mempersembahkan Yesus
Maria percaya dan taat pada Tuhan
Ketika sekeluarga pergi ke kenisah
Ada sejuta peristiwa yang dialami Bunda
Yang jadi bukti taka da yang lebih berharga
Daripada setia dan percaya Allah Bapa
Itulah yang diajarkan dan dilakukan Putera
Kepada para murid dan pengikutnya
Diajari percaya pada Allah Sang Bapa
Diperlihatkan juga Ia cintai bapa
Lebih besar nilainya dari apa pun juga
Hari ini, sehari setelah Yesus mati
Memang jadi saat sunyi dan sepi
Tidak demikian, bagi Bunda Maria
Jiwanya penuh harap dan percaya
(Bunda mengimani kasih setia Tuhan
Yang kan berlangsung sepanjang zaman
Ia buat Daud mengalahkan Goliat
Ia kan buat kehidupan kalahkan wafat)
Veronika
Veronika juga berduka, tapi ia beda
Kesedihannya terhibur dan mereda
Manakala ia membuka kain di tangannya
Di sana ia dapat melihat wajah gurunya
Di kain putih yang kini berwarna merah
Jelas tergambar Wajah berlumuran darah
Tak ada kesan wajah orang yang marah
Beda dengan dirinya yang masih marah
Ia marah pada orang-orang menyalibkan Dia
Mereka para pemuka agama dan ahli taurat
Mereka yang cari muka takut kehilangan wibawa
Mereka yang budinya mengerti, nuraninya sekarat
Wajah di kain itu seakan berkata
Veronika, coba belajarlah percaya
Bapa-Ku, Bapamu itu penuh cinta
Ia sayang Anak-Nya dan yang percaya
Veronika justru sibuk memikirkan
Cara gambar Yesus kan diawetkan
Inginnya semua orang melihatnya
namun ia amat takut akibatnya
Ia rindu jadi perbincangan orang
Bahwa ia punya hubungan khusus
Tapi ia takut kalau gambar itu hilang
Ia tak kan sanggup kehilangan Yesus
Kain itu mau dilipat pun sayang
Ia tak mau kenangan itu melayang
Ia menyesal membawa kain usang
Andai baru, gambarnya lebih terang
Maria memperhatikan semuanya
Ia mengerti galaunya Veronika
Yang merasa, lebih penting gambarnya
Karena ia yakin Yesus di alam baka
Gambar itu, membuat wanita iri padanya
Hanya Bunda yang tak terganggu olehnya
Tuk bunda yang penting bukan kenangannya
Sebab Yesus sudah adalah darah-dagingnya
Daud pun sanggup mengalahkan Goliat
Ia berharap, Yesus kan diangkat dari wafat
Sebab hidup anaknya tak berbuat jahat
Sengsara dan wafat di salib pun karna taat
Meski percaya, ia takkan bicara
Ia memilih sampai saatnya tiba
Yesus puteranya punya cara
Hati putera yang sarat iba
Maria hanya tak tahu menyampaikannya
Kepada para pengikut setia puteranya
Bahwa sudah cukup menangisiNya
Lebih mulia berharap akan belas kasih-Nya
Selama hidupnya, betapa indahnya percaya
Bahwa Bapanya Allah yang mahakuasa
Jangan biarkan jiwamu merana tanpa daya
Hadapi segalanya sebagai orang dewasa
Yohanes
Yohanes lebih suka berada dekat ibu-Nya
Sekali dua dia dia tinggalkan Maria
Ada saja kesibukan yang dilakukanya
Nampaknya ia mencoba untuk ceria
Entah ia sedang mencari apa
Setiap kali mengambil gulungan
Kadang membuka-membuka saja
Sering dua-tiga dibaca bebarengan
Diam-diam Maria memperhatikan anaknya
Meski ingin tahu, ia pilih diam dan membisu
Yohanes pun rindu tuk berbagi isi hatinya
Namun ia urungkan karena masih ada ragu
Ia ragu akan apa yang ia percaya
Ragu apa bagi ibunya tidak bahaya
Apa perlu ibunya tahu alam pikirannya
Takut jika malah mengganggu ibunya
Sesungguhnya keduanya ingin berbagi
Namun, keduanya sukar membedakan
Mana adonan murni, mana yang berragi
Yohanes memilih waktu yang memutuskan
Naluri seorang ibu, berkata, Yohanes mengerti
Maria juga yakin Yesuslah yang mengajari
Bagi Maria, tipis bedanya amin dan iman
Bagi Yohanes, antara harapan dan keyakinan
Tanpa kata mereka berdua sepakat berdoa
Mereka satu dalam kasih, hati dan iman
Berdua mereka mematri harapan dan cinta
Harapan akan kehidupan setelah kematian
Bunda tahu dari pengalaman hidup imannya
Yohanes makin yakin dari ilmu dan kasih-Nya
Maria yakin Paska berarti Tuhan menyelamatkan
Paska kan tiba: Anak sulung-Nya kan diselamatkan
Semarang, 140420
YR Widadaprayitna