VERONIKA juga berduka, tapi ia beda
Kesedihannya terhibur dan mereda
Manakala ia membuka kain di tangannya
Di sana ia dapat melihat wajah gurunya
Di kain putih yang kini berwarna merah
Jelas tergambar Wajah berlumuran darah
Tak ada kesan wajah orang yang marah
Beda dengan dirinya yang masih marah
Ia marah pada orang-orang menyalibkan Dia
Mereka para pemuka agama dan ahli taurat
Mereka yang cari muka takut kehilangan wibawa
Mereka yang budinya mengerti, nuraninya sekarat
Wajah di kain itu seakan berkata
Veronika, coba belajarlah percaya
BapaKu, Bapamu itu penuh cinta
Ia sayang AnakNya dan yang percaya
Veronika justru sibuk memikirkan
Cara gambar Yesus kan diawetkan
Inginnya semua orang melihatnya
namun ia amat takut akibatnya
Ia rindu jadi perbincangan orang
Bahwa ia punya hubungan khusus
Tapi ia takut kalau gambar itu hilang
Ia tak kan sanggup kehilangan Yesus
Kain itu mau dilipat pun sayang
Ia tak mau kenangan itu melayang
Ia menyesal membawa kain usang
Andai baru, gambarnya lebih terang
Maria memperhatikan semuanya
Ia mengerti galaunya Veronika
Yang merasa, lebih penting gambarnya
Karena ia yakin Yesus di alam baka
Gambar itu, membuat wanita iri padanya
Hanya Bunda yang tak terganggu olehnya
Tuk bunda yang penting bukan kenangannya
Sebab Yesus sudah adalah darah-dagingnya
Daud pun sanggup mengalahkan Goliat
Ia berharap, Yesus kan diangkat dari wafat
Sebab hidup anaknya tak berbuat jahat
Sengsara dan wafat di salib pun karna taat
Meski percaya, ia tak kan bicara
Ia memilih sampai saatnya tiba
Yesus putranya punya cara
Hati putera yang sarat iba
Maria hanya tak tahu menyampaikannya
Kepada para pengikut setia puteranya
Bahwa sudah cukup menangisiNya
Lebih mulia berharap akan belaskasihNya
Selama hidupnya, betapa indahnya percaya
Bahwa Bapanya Allah yang mahakuasa
Jangan biarkan jiwamu merana tanpa daya
Hadapi segalanya sebagai orang dewasa