HIDUP ini diwarnai dengan pengalaman jatuh. Ada yang jatuh secara moral (berdosa), mental (stres), finansial (bangkrut), dan lain-lain.
Jatuh itu bukan melulu hal negatif. Banyak nilai dan makna di baliknya. Tatkala diikuti dengan bangkit kerap membuat hidup ini jauh lebih indah.
Orangtua yang bijaksana menemani anaknya yang jatuh untuk bangkit kembali. Guru yang berfungsi sebagai pendidik sejati membangkitkan semangat murid-muridnya yang gagal supaya berusaha lagi.
Tuhan pun menghendaki agar orang yang jatuh ke dalam dosa bertobat dan kembali kepada-Nya. Bangkit menjadi kunci penting di sini.
Dalam hal ini bangkit menuntut tekad dan keputusan yang berani. Yang namanya gengsi tidak berlaku di sini. Ingat anak bungsu yang meminta warisan dan minggat dari rumah bapanya (baca Luk 15: 11-32)
Dalam semua kegagalan dan kejatuhan manusia bisa bangkit lagi bila bertekad kuat. Namun ada satu kejatuhan yang manusia tak mungkin bangkit sendiri, yakni bangkit dari mati.
Syukurlah, Allah menganugerahi manusia rahmat untuk dapat bangkit. Namanya, pembaptisan. Mereka yang dibaptis dipersatukan dengan Tuhan Yesus Kristus yang telah wafat dan bangkit (bdk 1 Kor 15).
Merayakan paskah lebih dari tindakan liturgis. Orang merayakan kebangkitan Kristus dan kebangkitannya masing-masing.
Karena itu, dalam perayaan itu orang diajak membarui janji baptis. Janji yang berbuah hidup abadi.
Di sana orang ditenggelamkan bersama Kristus yang wafat dan dibangkitkan bersama Dia dalam kemuliaan.
Tidak boleh ada satu kesulitan pun yang membuat orang Katolik terpuruk, tanpa bangkit lagi.
Mengapa? Karena kita diberi kuasa untuk mengalahkan kejatuhan yang paling berat, yakni maut dengan bangkit dari mati.
Selamat Paskah. Alleluia.
Minggu Paskah, 17 April 2022