MANUSIA merindukan kebebasan. Namun, dosa telah merampas kebebasannya.
Hal itu tampak dalam pelbagai belenggu. Misalnya, penyakit. Karena itu, untuk menyembuhkan penyakit, Yesus lebih dahulu mengampuni dosa (Matius 9::2).
Yesus datang untuk mengampuni dosa dan melepaskan manusia dari kuasa dosa. Dia membebaskan manusia dari belenggu rohani dan fisik.
Ada dua sikap yang muncul terhadap kuasa Yesus itu. Beberapa ahli Taurat mengatakan bahwa Yesus menghujat Allah (Matius 9:3). Mereka menolak dan tidak percaya. Sedang orang lumpuh itu percaya dan mengalami mukjizat-Nya (Matius 9:7).
Yesus mengetahui bahwa manusia ingin bebas dari dosa dan akibatnya. Melihat orang lumpuh yang terbaring di tempat tidur, Yesus menyembuhkannya tanpa menunggu mereka meminta kepada-Nya.
Di sisi lain, Yesus menghendaki agar orang menaati kata-kata-Nya. Niscaya orang akan mengalami kuasa-Nya. Itulah yang terjadi pada orang lumpuh itu.
Dia mendengar, menaati, dan melakukannya. Maka ia sembuh dan bebas dari dosa (penyakit rohani) dan sakit lumpuhnya (penyakit jasmani).
Iman akan Yesus menyembuhkan pelbagai penyakit dalam diri manusia.
Orang lumpuh itu mewakili semua orang berdosa dan mereka yang membutuhkan pengampunan. Yesus telah mengampuni dosa orang-orang yang dibaptis.
Namun, banyak di antara mereka yang belum sungguh menaati sabda Yesus, sehingga belum sungguh bebas dari dosa dan akibatnya.
Hari ini Yesus bersabda, “Bangunlah, angkatlah tilammu.”
Apakah orang mau menaati dan melaksanakan sabda Yesus itu ataukah memilih tetap tinggal dalam dosa dan kelemahannya ?
Kamis, 6 Juli, 2023