Banjir di Malam Natal di Filipina

0
1,012 views
AP Image/ Penduduk Marikina, Manila Filipina sedang menerima bantuan
AP Image/ Penduduk Marikina, Manila Filipina sedang menerima bantuan

Ketika mendengar berita tentang air bah di Cagayan dan Iligan hatiku terusik mengingat mereka yang menjadi korban, yang meninggal, yang hilang terbawa arus,  yang kehilangan rumah dan harta benda. Itu hari pertama Misa Novena de Gallo (Misa dini hari 9 x) untuk mempersiapkan Natal.

Air mulai naik sekitar jam 11 malam. Kami bisa hanya berdoa dari kapel Novisiat, trenyuh melihat gambar di televisi seorang bapak yang telah  meninggal mendekap 2 anaknya yang meninggal juga. Semoga semakin banyak orang mengulurkan bantuan kemanusiaan.

Taufan Washi (nama lokalnya Sendong) telah menyebabkan ribuan orang meninggal dan mengakibatkan lebih dari 436.000 orang menderita. Ini sudah merupakan bencana nasional, demikian diumumkan oleh Presiden Aquino, dan sebentar lagi akan terlupakan. Sementara ribuan masih berada di penampungan atau gubuk-gubuk yang mereka buat di tepi jalan.

Banjir di Malam Natal
Hari itu tanggal 24 Desember ketika seorang kawan menelpon menanyakan bagaimana menyalurkan bantuan untuk Cagayan. Saya menjawab mengapa hanya Cagayan? Iligan juga sangat menderita oleh amukan  Washi. Akhirnya diputuskan untuk membagi bantuan ke Iligan dan Cagayan, sambil mencari tahu apa yang paling penting dan mendesak diberikan.

Kami memutuskan memberi bantuan utama seperti beras, air bersih, pakaian dalam wanita dan anak-anak serta obat-obatan. Pakaian dan obat dibeli di Manila yang dibawa oleh staf mereka (MCKS-Caring Heart Foundation), sementara kami membeli beras dan air di Pagadian.

Membeli beras dalam partai besar di Pagadian gak masalah dengan kontainer kita membawa 550 sak beras, tiap sak 50 kg yang sudah direpak per 5 kg se keluarga, jadi sesudah sampai tempat tinggal membagikan. Air menjadi masalah utama karena di Pagadian kekurangan stok, maka kita membeli seadanya dan dibawa ke Iligan, untuk kekurangan yang lain bisa dibeli di Iligan atau Cagayan.

Pada tanggal 26, kami konvoi menuju Iligan lalu ke Cagayan, membawa (Pagadian – Cagayan sekitar 250 km) satu kontainer beras dengan truk elf dan innova. Target utama adalah pusat penampungan dan pemberian bantuan yang agak terpinggirkan dan kurang menjadi perhatian poliitcian. Dan benar ketika di Iligan kami berhenti di San Lorenzo parish.

Kim petugas dari Social Action keuskupan menunggui antrean yang panjang, sementara Mgr Leo memeriksa sambil berbincang menghibur pengungsi. Paroki San Lorenzo pernah ditawarkan ke SCJ, dari jalan raya saja sudah dapat melihat betapa mengerikan “flash flood” banjir bandang yang menyapu daerah itu, satu dari dua jembatan utama di situ hancur total, dan banyak kayu gelondongan masih berserakan di jalan.

Di daerah itu saja sekitar 14.000 keluarga yang kena bencana, dipantai tampak mayat-mayat yang belum teridentifikasi. Setelah menurunkan 200 sak beras dan air minum yang dibawa dari Pagadian kami melanjutkan ke Cagayan hari sudah malam.

Di Cagayan dengan bantuan Rm. Jan SCJ kami pergi ke beberapa titik penyaluran bantuan yang di koordinasi Dinas Sosial. Bantuan utama yang kami berikan beras dan air di Macasandig Tibaksak tempat terparah tersapu banjir, yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari Seminari kita (Sacred Heart Formation House). Kebetulan tempat kita ada di atas jadi selamat sementara mereka yang tersapu ada di bagian bawah. Di dusun yang tersapu bersih itu kami tidak diperbolehkan masuk. Polisi menjaga daerah itu.

Di Macasandig sendiri ada beberapa tempat penampungan. Seminari SCJ berada di kampung Macasandig. Dari sana ke satu penyalur bantuan “Gawad Kalinga” yang dikoordinasi CFC-Couple for Christ, bantuan untuk yang tidak tertampung di pusat evakuasi dan daerah pedalaman maka kami mempercayakan ke CFC. Sore harinya ke daerah dekat pelabuhan Puntut yang baru menjadi paroki pernah ditawarkan ke SCJ juga, di sana kami menurunkan beras dan air juga.

Kebetulan hari telah malam, tetapi masih banyak wilayah yang belum terjangkau. Maka pada malam itu juga kami melanjutkan perjalanan ke kampung Canituan, yang berada agak jauh dari pusat kota. Ternyata di hari yang sudah gelap pekat ini para petugas masih sibuk membagi bantuan. Sama seperti di tempat lain beras, air, obat-obatan dan pakaian dalam anak-anak dan wanita sangat dibutuhkan, ada sekitar 4.000 keluarga di kampung ini.

Keesokan harinya kami melanjutkan menyalurkan bantuan ke daerah Opol (Bulao). Di sini ada yayasan kita,  “KASANAG”. Di Kasanag kami tidak memberikan bantuan apa-apa karena anak-anak ditampung di seminari SCJ. Kami melihat bekas-bekas air yang sampai sampai di lantai 3. Beberapa muslim mendekat karena mereka terabaikan, ada sekitar 70 kk memerlukan beras air dan kebutuhan dasar setelah berbincang dengan Amina seseorang yang kami kenal, kami memberikan bantuan untuk 100 kk mungkin ada diantara mereka yang tidak terdata.

Selanjutnya kami menurunkan bantuan di Bulao. Para pengungsi ditampung di “covered court gym” setempat, sekolahan tidak mencukupi mereka, ada 400 an kk di sini. Kami tidak bisa memberikan bantuan di tiap tempat penampungan karena terbatasnya dana mendadak ini tetapi bersyukur kepada Tuhan karena meski dalam kesulitan sepert ini masih banyak orang merelakan hartanya untuk mereka yang memerlukan.

Pulang dari daerah bencana, kami mendengar beberapa orang yang kami kenal dan ikut menjadi korban taufan washi ini. Rumah arsitek Dandan, salah satunya. Dia adalah arsitek untuk rumah postulant, novisiat dan theologi di manila. Mereka mengungsi entah kemana. Rumah Ibu Luzminda, pegawai sambilan perpustakaan SCJ, rumah Ibu Andel psychologist Kasanag, rumah ibu Joy sosial worker Kasanag semuanya tersapu air. Anak-anak mereka terjebak air. Untung dapat diselamatkan lewat jendela darurat oleh postulant dan Rm Andrew SCJ. Ikut terimbas air rumah mantan novis SCJ Binggo.

Sampai hari ini Kasanag belum bisa dihuni karena banyaknya lumpur dan air kran macet setelah banjir hampir di seluruh kota Cagayan. Anak-anak Kasanag masih ditampung di Seminari di Pre-college. Rm. Bene SCJ dan para postulant membantu membersihkan gedung kasanag, youth center yang dikelola suster-suster ODN dan rumah-rumah pegawai kita.

Mereka menemukan mayat di Kompleks Youth Center. Para aspiran dari Vietnam mencoba membersihkan komputer dan memperbaikinya bersama Fr. Yonatan dari brazil. Tentu untuk peralatan yang sulit harus dibawa ke ahlinya.

Dalam perjalanan pulang ke Pagadian, kami menyaksikan beberapa mayat yang ditaruh di plaza di Liangan, Bacolod, Lanao del Norte. Mereka baru diketemukan di pantai padahal Bacolod (pernah menjadi paroki SCJ) sekitar 110 km dari Cagayan. Dari cerita yang kami dengar, mayat para korban itu sampai ke Pulau Camiguin dan Jasaan yang jaraknya ratusan km dari Cayagan. Di Jsaan sendiri ada 106 mayat yang terdampar.

*) Kasanag adalah yayasan yang dikelola SCJ untuk menampung minor girl sexually abused.

Ditulis oleh Romo Laurentius Indra Pamungkas SCJ  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here