SELAMAT dari serangan bom. Ini merupakan kisah nyata dari seorang umat Paroki Gereja St. Maria Tak Bercela di Ngagel, Surabaya sebagaimana dituturkan kepada Sesawi.Net melalui saudara kandungnya Sudadi, mantan novis SJ di Girisonta tahun 1980.
Berikut ini kisah sejati sekaligus kesaksian Pak Knd sebagaimana ditulis oleh adik kandungnya.
———–
Ia mengalami syok karena melihat sendiri dampak mengerikan dari serangan bom bunuh diri oleh dua remaja kakak-adik tersebut.
Namun, Pak Knd –nama kakak kandung saya itu sekaligus bersyukur bahwa ia bersama keluarganya telah selamat dari serangan bom yang terjadi di halaman gereja yang telah menewaskan Aloysius Bayu, tenaga keamanan sukarela paroki.
“Saved by the bell”
Pak Knd selamat karena buru-buru menyetop percakapan ringan dengan koleganya di depan gereja dan kemudian masuk ke dalam gereja. Baru duduk tidak lebih dari semenit, bunyi gelegar bom memecah konsentrasinya ketika hendak sembahyang di dalam gedung Gereja St. Maria Tak Bercela – Paroki Ngagel, Surabaya.
Waktu baru menunjukkan pukul 07:08 WIB di hari Minggu pagi tanggal 13 Mei 2018. Misa pertama baru saja usai dan kini masih tersedia waktu kurang lebih 45 menit untuk memulai misa kedua di Hari Komunikasi Sosial Sedunia
Kakak saya bernama lengkap FI. Kami sekeluarga lebih suka menyapanya Mas Knd. Ia adalah kakak kandung saya.
Ia tiba di Gereja STMB di Ngagel untuk menghadiri misa Minggu pagi kedua. Bersama isterinya, Mbak Fe dan anaknya Ce, kakak saya bergegas meninggalkan rumah di hari Minggu sepagi mungkin untuk bisa mengikuti Perayaan Ekaristi pada misa kedua.
Begitu tiba di halaman gereja dan kemudian parkir mobil, keluarga ini langsung menuju ke tempat di mana mereka akan melibatkan diri dalam rangkaian Perayaan Ekaristi tersebut.
Ponakan saya bernama Ce yang menjadi anak bungsu di keluarga kakak kandung ini segera pergi ke Sankristi. Ia menjadi misdinar di misa kedua.
Kakak ipar Mbak Fe langsung bergegas masuk ke gereja. Namun, kakak saya Mas Knd menyempatkan diri ngobrol sebentar dengan Pak Tnt yang saat itu bertugas sebagai petugas lapangan di luaran.
Pak Tnt adalah teman selingkungan. Saat bertemu dan saling bertegur sapa, Pak Tnt ada di dekat petugas pembagi teks misa.
Duduk dan gelebar bom meletup keras
Selesai ngobrol dengan Pak Tnt, kakak saya bergegas masuk ke dalam gereja. Ia baru saja duduk dan hendak sembayang pribadi, lalu tiba-tiba bunyi dentuman keras menggelegar di halaman gereja.
Ledakan dahsyat yang sangat memekakkan telinga itu terjadi pada pukul 07:15 WIB.
Kaca-kaca gereja pecah terhambur kemana-mana, mengiringi jerit tangis umat yang sebelumnya hening khidmat berdoa. Semua segera berhamburan ke luar.
Di luaran gereja, sejumlah korban sudah berlumuran darah tergeletak tak beraturan.
Keluarga kakak saya saling berpelukan di luar gereja dalam kegentaran, sambil bermohon belas kasih Allah, sekaligus bersyukur karena baru saja diluputkan dari terjangan pecahan isi bom.
Mereka urung mengikuti Perayaan Ekaristi dan memang kemudian tidak bisa dilaksanakan.
Keluarga lalu buru-buru pulang dalam kecamuk rasa syok, takut, panik tak karuan. Mobil bergerak disetiri pelan-pelan, khawatir melindas linangan darah dan onggokan serpihan daging korban ledakan bom yang masih terserak di jalanan.
Mobil berjalan dalam kisaran jarak lebih dari 100 m dari titik ledakan bom.
Daging manusia menempel
Sesampai di garasi rumah, keluarga kakak lalu menenangkan diri sambil berulang doa.
Rasa syukur bercampur pengalaman ngeri yang melingkupi hati kembali terusik oleh perilaku aneh kucing yang terus mengeong di garasi. Kucing itu seolah enggan pergi, meskipun berulang kali dihalau agar keluar menjauh dari garasi.
Terdorong oleh rasa penasaran, kakak dan ponakan saya yang lelaki mengamati dan memeriksa keanehan di garasi.
Ternyata, ada percikan darah dan pecahan segar daging manusia masih menempel di sekitaran bagian bawah mobil.
Rupanya kucing tadi dengan kemampuan nalurinya mampu mengendus bau darah dan daging segar manusia. Itu sebabnya, kucing liar itu selalu saja mengeong dan berilaku aneh.
Kucing itu rupanya ingin ‘menyampaikan sesuatu’.
Segera kakak dan ponakan mengumpulkan tempelan daging manusia itu, mendoakannya, dan dikuburkan secara layak.
Terpujilah Tuhan Allah Maha Tinggi pelindung umat-Nya. Kita tidak Takut.
Tuhan punya cara sendiri dalam melindungi dan menyelamatkan umatNya.
Ini refleksi saya bertepatan dengan Hari Komunikasi Sosial Sedunia tentang ‘bahasa kasih’.
“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” (1Yoh 4:16)