Batal Menikah

0
502 views
Ilustrasi (Ist)

Senin, 25 Oktober 2021

  • Rm.8:12-17.
  • Mzm.68:2.4.6-7.ab.20-21.
  • Luk. 13:10-17

TIDAK jarang kita dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit antara menjalankan aturan dengan cermat dan tepat atau memberi bantuan dan pertolongan, meski itu melanggar hukum. Namun bantuannya langsung dirasakan oleh orang yang membutuhkannya.

Kemurahan hati kadang terbentur oleh prosedur yang ditetapkan. Kadang memang ada prosedur yang terasa jelimet dan berbelit-belit, hingga orang yang sungguh membutuhkan pertolongan menyerah.

Sering kali diperlukan keberanian untuk membuat keputusan, jika prosedur terasa membelenggu, asal jelas dasar dan tujuannya.

“Pernah ada pasangan yang tinggal satu pekan akan melangsungkan pernikahan, terpaksa batal,” kata seorang teman.

“Karena mereka belum begitu saling mengenal dan juga belum sreg dengan masing-masing,” lanjutnya.

“Mereka dijodohkan dan baru bertemu beberapa bulan, itu pun tidak itens,” katanya.

“Tetapi mereka mau menikah demi menuruti permintaan orangtuanya yang sudah tua dan sering sakit,” lanjutnya.

“Saat itulah saya katakan bahwa Gereja tidak akan menikahkan orang yang terpaksa menikah, belum saling mengenal sepenuhnya dan belum yakin saling mencinta,” ujarnya.

“Mereka kaget dan minta supaya tetap menikah, mereka takut orang tahu mereka kecewa dan jatuh sakit,” katanya.

“Apakah tidak baik saling mengenal dulu di luar ikatan pernikahan, sampai kalian yakin dan mantap serta bebas menentukan pilihan kalian. Orangtua kalian akan mengerti alasan penundaan pernikahan kalian,” lanjutnya.

“Mereka lalu pulang dan bicara dengan orangtua mereka bahwa mereka ingin menunda perkawinan hingga sampai mereka merasa bebas dan yakin akan pilihannya,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian.

“Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.”

Yesus tergerak oleh belas kasihan, ketika melihat seorang perempuan yang sakit di rumah ibadat. Yesus melihatnya lebih daripada seorang yang sakit fisik melainkan sebagai makhluk ciptaan Allah yang membutuhkan kerahiman Allah.

Melelui penyembuhan itu, Yesus menyatakan bahwa Kerajaan Allah dan belas kasih-Nya telah hadir di tengah-tengah dunia ini.

Belas kasih itu melampaui aturan hukum, apalagi jika menyangkut keselamatan manusia.

Belas kasih Allah itu melepaskan, bukan mengikat orang dalam ketidakberdayaan.

Pasangan mempelai tadi pun perlu mengalami belas kasih, supaya tidak terbelenggu oleh keterpaksaan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani menjalankan tindakan kasih meski itu penuh risiko?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here