Puncta 12.07.21
Senin Biasa XV
Matius 10:34-11:1
DALAM sebuah seminar, si pembicara minta peserta memasukkan batu, kerikil dan pasir ke dalam toples.
Ada yang memasukkan pasir dahulu, tapi batunya tidak bisa masuk semua.
Ada yang memasukkan kerikil dulu, namun batu yang besar tak cukup ruang.
Banyak peserta gagal melakukan percobaan itu.
Si pembicara kemudian memberi contoh. Ia memasukkan batu-batu yang besar dan menata dengan rapi di dalam toples.
Berikutnya adalah kerikil-kerikil ditaruh di sela-sela batu. Terakhir ia menuangkan pasir-pasir ke dalam toples.
Akhirnya batu, kerikil dan pasir bisa masuk ke dalam toples.
Di sini nampak bahwa kita harus menentukan mana nilai terbesar dan utama yang harus diprioritaskan lebih dahulu.
Batu besar diprioritaskan masuk dahulu. Kemudian kerikil dan akhirnya pasir yang bisa mengisi ruang-ruang kosong yang ada.
Bacaan Injil hari ini menunjukkan bagaimana Yesus menuntut para murid untuk memilih nilai terbesar atau prioritas utama dalam hidup.
Yesus adalah kebenaran sejati.
Ia adalah nilai terbesar. Maka mengikuti Yesus menjadi prioritas utama. Kalau kita sudah menentukan pilihan utama yakni menjadi murid Yesus, maka hal-hal lain tidak lagi menjadi yang terpenting.
Yesus bersabda, “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Dan barangsiapa mengasihi puteranya atau puterinya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.”
Kita diajak berani menentukan prioritas hidup. Mengikuti Yesus harus berani meninggalkan atau mengorbankan yang lainnya; keluarga, pekerjaan, hobi, bahkan nyawanya sendiri.
Yesus menuntut komitmen yang sungguh-sungguh. Menjadi murid Yesus tidak hanya asal-asalan, “kawe-kawean,” tetapi berani memanggul salib bahkan kehilangan nyawa.
Apakah anda sudah bersungguh-sungguh menjatuhkan prioritas pada nilai-nilai Kristus?
Jalan Kaliurang disingkat Jakal.
Jalan Gatot Subroto disingkat Gatsu.
Menjadi murid Yesus harus radikal.
Tidak cukup hanya “suam-suam kuku.”
Cawas, happy day with you..