“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11,28)
SEORANG anak tidak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Setiap kali, anak tersebut jatuh sakit dan menimbulkan kecemasan dari orang tua. Karena sering sakit, kegiatan sekolah terganggu dan pergaulan dnegan teman juga terbatas. Melihat kenyataan itu, si embah menyarankan kepada orangtuanya agar nama anak itu dirubah. Berdasar saran si embah, orang tua mengubah nama ananknya dan memberi nama baru yang lebih pendek, yakni, “Slamet!” Orang tua membuat slametan dan jenang abang putih bagi anak itu. Sejak itu, si anak semakin sehat dan jarang sakit lagi. Nama yang panjang rupanya bisa menimbulkan beban hidup bagi seorang anak.
Beban hidup sesungguhnya tidak hanya dialami oleh seorang anak, tetapi juga sering dialami oleh banyak orang: pria dan wanita; anak-anak, orang muda dan dewasa; orang berkeluarga maupun religius. Masing-masing mempunyai beban hidup sendiri-sendiri. Ada yang beban hidupnya ringan, ada juga yang beban hidupnya terasa berat. Bahkan orang tidak lepas dari keluh kesah yang berkepanjangan, karena beban hidup yang bertumpuk-tumpuk; malahan ada orang yang sampai pada keputusasaan, karena tidak sanggup lagi memikul beban hidup yang terasa berat.
Beban hidup tidak hanya disebabkan oleh nama yang terlalu panjang. Orang harus memikul beban hidup yang berat, akibat dari sikap dan perilakunya yang tidak benar dan tidak baik; akibat sakit dan penderitaan yang tidak kunjung sembuh; akibat kondisi sosial ekonomi keluarga yang terpuruk; akibat hutang dan pinjaman yang tidak dapat dilunasi; akibat perilaku dan tindakan orang lain yang harus ditanggungnya; akibat tanggung jawab yang harus diembannya.
Beban hidup yang berat juga bisa mengalir dari berbagai macam ketentuan, peraturan, kebijakan hidup bersama yang tidak mudah untuk dilaksanakan, seperti dialami oleh jemaat Matius. Ada sekian banyak ketentuan di dalam hukum Taurat yang sering mengikat dan membatasi gerak dan dinamika hidup; menjadikan hidup terasa sesak dan tidak nyaman.
Dalam situasi kehidupan yang penuh beban itulah, kata-kata Sang Guru menjadi sumber penghiburan, “Datanglah kepada-Ku, Aku akan memberi kelegaan!” Sang Guru tidak memberikan kuk atau beban hidup yang baru, tetapi menawarkan kelegaan. Yang diminta dari para murid hanya percaya kepada-Nya dan mengikuti-Nya.
Beban-beban hidup apa saja yang selama ini harus kupikul di dalam perjalanan hidupku? Dan kelegaan macam apa yang bisa kunikmati sebagai salah satu murid Sang Guru? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)