Belahlah Dadaku

0
37 views
Ilustrasi: Jatuh cinta. (Ouest France - Charles Dutertre)

Puncta 17 Februari 2025
Senin Biasa VI
Markus 8: 11-13

PEMUDA pemudi yang sedang dimabuk cinta sering kali meminta bukti atau tanda kalau kekasihnya sungguh-sungguh mencintai.

“Mana buktinya kalau kamu mencintai aku? Coba tunjukkan sekarang?”

Lalu sang pujaan hati tidak kalah menjawab, “Belahlah dadaku kalau kamu tidak percaya, kalau aku sungguh-sungguh mencintaimu.”

Tentu saja jawaban ini hanya kiasan, untuk mengatakan bahwa dia sangat mencintai pacarnya itu.

Kata-kata seperti itu hanya ada dalam lagu-lagu romantis; tidak ada di dalam realita hidup.

Yana Yulio dan Lita Zein menyatakan itu dalam lagu Emosi Jiwa: “Belah dadaku andai kau ragu. Begitu sayangku padamu. Di setiap mimpi selalu kau hadir, memukau diri ini. Asal kau tahu, betapa hampanya diriku, tanpa kau kasih, pujaanku. Semarak hidup jadi sunyi….”

Kalau dadanya sungguh-sungguh dibelah untuk membuktikan cintanya, pastilah akan mati dan dia akan menyesal seumur hidupnya.

Orang yang suka menuntut bukti sebenarnya adalah orang yang kurang percaya.

Pacar yang selalu hadir menemani, setia mengantar setiap hari, sabar mendengarkan keluh kesah dan beban hidup, itu sudah suatu tanda mengasihi. Tidak perlu membelah dada ingin mengetahui isi hatinya.

Dalam perikope Injil hari ini, kaum Farisi datang kepada Yesus dan mereka meminta suatu tanda dari atas, bahwa Yesus sungguh-sungguh datang dari Sorga. Orang-orang macam gini, tidak memahami bahwa cinta itu sebuah proses.

Mereka baru akan percaya kalau ada tanda hebat, spektakuler dan instan turun langsung dari sorga. Mereka maunya “ujug-ujug mak jegagig” langsung ada.

Mereka tidak paham bahwa dalam proses penciptaan Allah menggunakan waktu, hari demi hari. Ada proses yang berjalan, tidak serta merta atau instan. Begitu pula cinta selalu ada prosesnya, tidak langsung jadi.

Menghadapi orang yang degil dan keras hati seperti ini, Yesus berkata, “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.”

Mari kita berproses memahami tahap demi tahap bagaimana Allah mengasihi kita. Kita tidak perlu menuntut tanda. Kita nanti pasti menemukan dan menyadari dengan sendirinya.

Sore-sore duduk minum kopi,
Ditemani sepasang merpati.
Orang banyak menuntut bukti,
justru tanda tidak percaya diri.

Wonogiri, percaya saja
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here