KALAU saya merenung kenapa anak yang dekat dengan saya ini justru cepat diambil Tuhan, saya jadi teringat Romo Hilarius Nello Pr, adik kelas saya, seorang imam praja Keuskupan Surabaya, yang sakit dan kemudian meninggal setelah ditahbiskan imam baru tiga bulan.
Saya diajak merenungkan dan mengimani Firman Tuhan, “Karena berkenan pada Allah maka orang benar dikasihi, ia dipindahkan sedang masih hidup di tengah-tengah orang berdosa; ia disentak, supaya kejahatan jangan mengubah budinya, dan tipu daya jangan membujuk jiwanya” (Kebijaksanaan Salomo 4:10-11).
Baca juga: Belajar Bermisi bersama Putri : Motto 2D2K (1)
Dan agaknya Tuhan memang punya rencana mengenalkan saya pada almarhumah Putri, supaya saya bisa belajar bermisi pada seorang anak kecil ini, bukan dalam teori misi, melainkan pada laku misi.
Pengalaman kontras
Dalam refleksi Apakah Sekedar Kebetulan saya sudah menuliskan aneka kebetulan indah dalam peristiwa kematian Putri. Saat bacaan Injil mewartakan kebangkitan Putri Yairus berusia 12 tahun (Mrk 5:21-43), pada 3 Februari 2015 itu Putri justru dipanggil Tuhan.
Pengalaman kontras ini mengingatkan saya pada Imelda Lambertini, pelindung anak-anak penerima komuni pertama, yang penasaran dengan sabda Yesus, benarkah kalau menyambut Komuni Kudus orang tidak mati selamanya (Yoh 6:51)? Setelah menyambut Komuni Kudus secara ajaib yang keluar dari tabernakel, dia justru meninggal mendadak. Tetapi jenazah Imelda Lambertini tidak rusak hingga hari ini.
Hal menarik bahwa bacaan tentang kebangkitan anak Yairus itu dibacakan lagi pada hari Minggu Biasa ke-13 Tahun B (artinya bacaan ini hanya muncul tiga tahun sekali untuk bacaan hari Minggu). Kebetulannya, hari Minggu ke-13/Th B itu jatuh pada 28 Juni 2015, tepat Putri semestinya merayakan ulang tahunnya ke-12. Kebetulan demikian jelas tidak bisa dibuat oleh mereka yang belajar kitab suci atau liturgi sekalipun. Hanya Tuhan yang bisa menyelenggarakannya.
Laku Misi 2D2K
Menyadari aneka kebetulan indah itu, saya kemudian dibuat berdecak kagum setelah mendengar dari keluarganya, tentang apa yang dilakukan Putri selama hidupnya yang relatif singkat itu. Saya mencoba membingkai pengalaman Putri dan merefleksikannya dalam paradigma semangat misi: 2D2K.
Doa misioner
Doa misi itu bukan sekedar doa atau menjalin relasi intim dengan Tuhan dan memohon apa yang kita butuhkan, melainkan sebuah doa misioner, doa syafaat, yakni doa untuk kepentingan orang lain.
Adakah kita bertekun dalam doa? Apakah kita juga memohonkan kebutuhan orang lain? Dalam buku renungan harian anak Pelangi Kasih disediakan ruang kosong bagi anak-anak untuk menuliskan niat atau doa mereka setelah merenungkan sabda Tuhan.
Visi ke depannya sih agar semakin banyak anak Katolik yang lancar berdoa spontan! Apakah visi ini terasa muluk? Semoga tidak.
Lantas apa yang dilakukan Putri? Ternyata dia punya kebiasaan berdoa bersama dalam keluarga. Menariknya, yang memimpin adalah Putri, dengan doa spontan yang lancar dan panjang. Yang didoakan bukan hanya mereka yang dia kenal, tetapi juga apa yang dilihatnya di televisi: kurban bencana, kurban kecelakaan, narapidana yang akan dihukum mati, dll.
Adakah pikiran kita sejauh itu? Ataukah kita melihat televisi sekedar mencari informasi dan berhenti pada rasa kasihan pada si korban. Adakah kita juga digerakkan oleh belaskasih untuk mendoakan jiwa-jiwa mereka?
Inilah alasan suster-suster Karmelites di Batu selalu mau menyimak berita dari koran, supaya tahu, siapa dan apa saja yang perlu didoakan. (Bersambung)